Selamat Datang Di Remanda'S Community

BENTENG PASSO - AMBON

BENTENG PASSO - AMBON
(Foto: Amanda'S)

Senin, 28 November 2016

Geografi Medik (Konsep, Teori Dan Aplikasi)

Geografi Medik (Konsep, Teori Dan Aplikasi)
(Resume Buku: Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang Geografi Medik)
Oleh: Prof.Dr.M.Salakory.,M.Kes

Pendahuluan
Topik ini merupakan bagian dari Ilmu Medical Geography atau di Indonesia disebut dengan nama geografi medik, kadang-kadang disebut juga geografi kesehatan. Ilmu ini sesungguhnya di Indonesia masih belum dikenal luas bahkan sering menimbulkan debat table di kalangan praktisi maupun kalangan keilmuan. Perbedaan pendapat tersebut sebenarnya lebih disebabkan oleh pendekatan yang  akan dipergunakan baik pada kalangan praktisi maupun  kalangan keilmuan. Misalnya dalam mengkaji satu kejadian penyakit terkait lingkungan sebagian akan memulainya dari kasus yang muncul kemudian diikuti secara retrospektif  bagaimana agent penyakitnya, dan  bagaimana indikator variabel lingkungannya.  Sementara pendekatan kedua menekankan kepada  ketersediaan  indikator variabel lingkungan dan sebarannya. Dengan mengetahui ketersediaan indikator variabel lingkungan dan sebarannya dalam suatu ruang, wilayah, lingkungan, maka dapat diperkirakan  kemungkinan dinamika pertumbuhan agent penyakitnya,  begitupun juga dengan  risiko terinfeksi   dan kejadian satu penyakit (Relative Risk/RR). Pada pendekatan  kedua, core kajiannya terletak pada dinamika perubahan indikator lingkungan baik secara keruangan, kewilayahan, maupun kelingkungan dengan, sedangkan pada pendekatan pertama, core kajiannya terletak pada kasus penyakit yang muncul kemudian dicari factor-faktor risikonya. Dari segi metodologi, pendekatan kedua menekankan pada  prospective cohort, sedangkan pendekatan  pertama retrospective-cohort.
Ide , pemikiran, konsep dan keilmuan  para Guru Besar dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UGM, Fakultas Geografi  UGM, dan Fakultas Kedokteran UNAIR yang selama ini membimbing dan mengarahkan,  kemudian terintegrasi dan terimplementasi untuk melahirkan embrio Geografi Medik yang selama itu hanya berkembang pada tataran diskusi akademik belaka.
Ke depan Geografi  Medik diharapkan mendapat tempatnya sesuai kodrat keilmuannya  (pohon keilmuan geografi)  dan diakui sebagai salah satu  bidang penting yang  bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan individu maupun masyarakat  di seluruh dunia berdasarkan berbagai faktor geografis yang mempengaruhi mereka.

Geografi Medik

Geografi medik, kadang-kadang disebut geografi kesehatan, merupakan lingkup penelitian kesehatan yang menggabungkan teknik geografis ke dalam kajian kesehatan. Geografi medik mempelajari faktor-faktor lingkungan yang berisiko pada kesehatan individu maupun masyarakat serta distribusi pelayanan kesehatan. Oleh karena itu dewasa ini, Geografi medik dianggap sebagai salah satu  bidang penting karena bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan individu maupun masyarakat  di seluruh dunia berdasarkan berbagai faktor geografis yang mempengaruhi mereka (Meade, at all: 2010).  Dari definisi beberapa sumber kajian dapat disebutkan bahwa Geografi Medik atau Geografi Kesehatan adalah  aplikasi informasi geografis, perspektif, dan metode geografi untuk mempelajari kesehatan, penyakit, dan perawatan kesehatan.  

Geografi Medik VS Kesehatan Hari Ini 

Hari ini, geografi medik atau geografi kesehatan  memiliki sejumlah aplikasi. Karena distribusi spasial penyakit masih merupakan masalah besar, oleh sebab itu pemetaan memainkan peran besar di lapangan. Peta dibuat untuk menunjukkan sebaran penyakit seperti halnya wabah influensa bersejarah yang terjadi di tahun 1918, atau kejadian-kejadian sesaat  seperti indeks nyeri yang pernah terjadi  di seluruh Amerika Serikat. Dalam pemetaannya, faktor-faktor seperti iklim dan lingkungan dapat dipertimbangkan dalam menjelaskan kejadian nyeri pada klaster tertentu dan di suatu waktu tertentu pula.Seorang professional geografi kesehatan mengatakan bahwa; “Sejauh yang saya tahu, istilah 'geografi kesehatan' berasal serangkaian artikel yang ditulis oleh Robin Kearns pada 1990-an dengan alasan bahwa 'geografi medik harus (kembali) diletakkan dalam kerangka keilmuan geografi sosial'. Dalam makalah awalnya ia menulis:...bahwa dua aliran yang diidentifikasi saling terkait dalam bidang kedokteran/ kesehatan/ geografi yaitu geografi medik dan geografi kesehatan. Geografi akan mempertimbangkan hubungan dinamis antara kesehatan dan  tempat  layanan kesehatan dan geografi medik mempertimbangkan kesehatan kelompok atau populasi yang mendiami suatu bentang alam tertentu.  Saya pribadi lebih tertarik pada bagaimana analisis geografis dapat memberikan kita wawasan tentang kesehatan dan  sakit-penyakit, dari bagaimana masalah kesehatan dapat menginformasikan kepada kita tentang sifat tempat. Untuk kedua alasan tersebut, saya lalu menganggap diri saya sebagai 'ahli geografi medik' daripada 'geografi kesehatan (Profesional Geographer 45 (2), 144-5).

 Terlepas dari apakah satu lebih suka menggunakan istilah Geografi Medik atau Geografi Kesehatan, disiplin secara tradisional telah dibagi menjadi dua mata pelajaran yang cukup berbeda: satu meneliti faktor geografis yang berkontribusi terhadap gangguan kesehatan dan penyakit (epidemiologi geografis); sedangkan yang lainnya lagi menekankan pada  faktor geografis yang mempengaruhi penyediaan dan akses ke pelayanan kesehatan (geografi kesehatan). Sebagai salah satu penganjur Geografi Medik di Indonesia, pandangan saya lebih mendapat pembobotan lebih pada  Broker.S (2002, 2003, 2005, 2006) dengan memandang  Geografi Medik sebagai  hibrida baru penelitian antara geografi dan obat-obatan yang melibatkan aspek geografis, kedokteran dan kesehatan. Tujuan dari penelitian penelitian tersebut  adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat”.  Ada beberapa buku teks geografi medik yang ditulis untuk berbagai tingkat penyelidikan yang mengkhususkandalam berbagai bagian lapangan. Meade dan Emch (2010)  kajiannya  secara  komprehensif  dengan penekanan pada studi geografis kesehatan, yaitu: penyakit, dan perawatan kesehatan, dengan penekanan pada ekologi penyakit baik penyakit menular maupun  tidak menular di lingkungan alami, buatan, dan sosial. Gatrell dan Elliott (2009), menekankan  pada  lingkungan sosial daripada yang lain. Satu bagian penting dari tulisannyadikhususkan untuk kualitas udara dan air, serta  perubahan lingkungan, seperti penipisan ozon, dan kesehatan yang buruk. Anthamatten dan Hazen (2011), dapat dipandang sebagai  pengantar geografi medik. Buku ini ditulis dengan  tiga pendekatan utama yaitu: ekologi, sosial, dan tata ruang.
 Di luar buku teks terdapat  juga beberapa koleksi makalah maupun kumpulan makalah seperti yang ditulis oleh  Brown, et al. (2010). Makalah ini dianggap sebagai  yang paling komprehensif. Dimulai dengan pengenalan subdiscipline dan kemudian bagian studi penyakit dan metodologi, diikuti oleh beberapa bab pada kesehatan dan kesejahteraan. Hunter (1974),   kumpulan makalah bersejarah, sebab  memuat  studi kasus empiris yang akan menjadi landasan yang baik bagi siapa saja yang ingin memahami bidang Geografi Medik.


Aplikasi Geografi Dalam Bidang Kesehatan
Kompetensi professional yang dimiliki dalam   menganalisis macam dan komponen lingkungan ambient sebagai risiko timbulnya penyakit (penyakit terkait lingkungan) dengan salah satu contoh kejadian  adalah degradasi fungsi tanah akibat terkontaminasi oleh tinja yang mengandung telur dan larva Soil Transmitted Heliminths/ Geohelminths. Pembuktian fenomena penyakit kecacingan (Soil Transmitted Helminths/ Geohelminths) dapat dijelaskan secara komprehensif dengan mengintegrasikan  beberapa bidang kajian penunjang antara lain:
 1.Parasitologi
Pengembangan konsep  difokuskan pada pengetahuan akan parasit-parasit yang ada di lingkungan hidup manusia yang dapat menginfektif manusia sehingga menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit infeksi pada manusia. Aplikasi bidang ini  mencakup;  daerah sebarannya, habitatnya, morfologinya, dan siklus hidupnya. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, dibatasi pada Soil Transmitted Helminths/ Geohelminths.
2.Teknik Laboratorium Micro Culture
Difokuskan pada teknik culture atau pembiakan telur Soil Transmitted Helminths/ Geohelminths di laboratorium dengan media tanah yang dikondisikan sesuai dengan keadaan lapangan, dan pemeriksaan dengan microscop, serta pembacaan hasil.


 3.Remote Sensing
Pengembangan konsep diarahkan pada pengetahuan dan pemahaman prinsip-prinsip penginderaan jauh, serta dapat menganalisis citra untuk memperoleh informasi spasial sesuai kebutuhan penelitian faktor lingkungan risiko Soil Transmitted Helminths. Aplikasi  Remote Sensing pada penelitian tersebut  adalah:
a.Diperoleh informasi atau data jenis tanah dan sebarannya secara cepat, akurat, dan dapat meliputi daerah yang luas (Pulau Ambon).
b. Diperoleh informasi atau data air tanah, kelembaban tanah dan sebarannya secara cepat, akurat, dan dapat meliputi daerah yang luas (Pulau Ambon).
c. Diperoleh informasi atau data indeks vegetasi atau NDVI  dan sebarannya secara cepat, akurat, dan dapat meliputi daerah yang luas (Pulau Ambon).
d.Diperoleh informasi atau data cuaca dan sebarannya secara cepat, akurat, dan dapat meliputi daerah yang luas (Pulau Ambon).



 4.SIG: Sistem Informasi Geografi (SIG)
Pengembangan konsep diarahkan pada pengetahuan dan pemahaman konsep dasar dan teori SIG serta dapat mengolah data, dan menghasilkan peta sesuai kebutuhan (faktor lingkungan risiko dan daerah endemis STH. Aplikasi  Sistem Informasi Geografi (SIG)  pada penelitian tersebut  adalah:
a.Dihasilkan peta-peta tematik sesuai variabel lingkungan.
b.Dilakukan tumpangsusun/ overlay  peta - peta tematik untuk menghasilkan peta-peta potensi atau risiko (potensi atau risiko dinamika telur dan larva Soil Transmitted Helminths/ Geohelminths di tanah lahan permukiman, dan potensi atau risiko prevalensi Soil Transmitted Helminths/ Geohelminths pada penduduk satuan lahan permukiman).
c.Atas dasar peta potensi/ risiko maka di buat peta urgensi intervensi untuk pemberantasan Soil Transmitted Helminths/ Geohelminths.



Rujukan
Achmad H, Mardihusodo S J, Sutanto, Hartono, Kusnanto H., 2003. Estimasi Tingkat Intensitas Penularan Malaria Dengan Dukungan Penginderaan Jauh (Studi Kasus di Daerah Endemis Malaria Pegunungan Manoreh Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Istimewa Yogyakarta), Jurnal Ekologi Kesehatan (The Indonesian Journal Of Health Ecology), Vol 2 No 1 April 2003
Brooker S, Michael E., 2000. The Potential Of Geographical Information Systems And Remote Sensing In The Epidemiology And Control Of Human Helminth Infection, PubMed, PMID: 10997209 [PubMed-indexed for MEDLINE], download  15/11/ 2005
Brooker S, Beasley M, Ndinaromtan M, Madjiouroum E M, Baboguel M, Djenguinabe E, Hay S I, Bundy D A P., 2002.  Use Of Remote Sensing and A Geographical Information System In A National Helminth Control Programme In Chad, Bulletin Of The Word Health Organization, 80 (10), E-mail: simon.brooker@lshtm.ac.uk.
Brooker S, Simon I, Hay, Tchuente L A, Ratard R., 2002. Using NOAA – AVHRR, Data To Model Human Helminth Distributions in Planning Disease Control In Cameroon, West Africa, Photogrametric Enginering & Remote Sensing Vol. 68, No. 2, American Society For Photogrametry and Remote Sensing, download 31/01/ 2006 
Brooker S, Michael E., 2004. Spatial Analysis Of The Distribution Of Intestinal Nematode Infections In Uganda, Epidemiol Infect, PMID: 15635963 [PubMed – indexed for MEDLINE], download 15/11/ 2005
Brooker S, Alexander N, Geiger S, Moyeed R A, Stander J, Fleming F, Hotez P J, Oliviera R C, Bethony J., 2006. Contrasting patterns in the small-scale heterogeneity of human helminth infections in urban and rural environments in Brazil, International Journal for Parasitology 36 (2006) 1143-1151, Elsevier, E-mail: simon.brooker@lshtm.ac.uk.
Brooker S., 2006. Spatial Epidemiology Of Human Schistosomiasis In Afrika: Risk Model, Transmission Dynamic and Control, The Royal Society Of Tropical Medicine And Hygiene (2007) 101. 1-6, London
Brooker S, Clements A C A, Bundy D A P., 2006. Global Epidemiolgy, Ecology, and Control of Soil Transmitted Helminth Infections, Advances In Parasitology, Vol 62, Elsevier Ltd
Baro-Rasmussen  F, Lokke  H., 1984. Ecoepidemiology a Casuistic Discipline Describing  Ecological Disturbances and Damages In Relation to Their Specific Cauces: Exemplified By Clorinated phenols an  Chlorophenoxy acid, Regul Toxicol Pharmacol, PubMed, download 16/05/ 2006
Campbell J B., 2002, Introduction To Remote Sensing, Third Edition, Guildford Press, New York
Dulbahri., 1997. Pemanfaatan Foto Udara Untuk Diteksi Potensi Sumber Penyebaran Penyakit Di Dalam Kota, Makalah, Disampaikan Pada Seminar Nasional Penginderaan Jauh Untuk Kesehatan Pemantauan Dan Pengendalian Penyakit Terkait Lingkungan, FK. UGM, Yogyakarta

Faust, E C, Russell, Paul P., 1964. Clinical Paracitology. Seventh edition, Philadelphia
Garg P K, Perry S, Dorn M, Hardcastle L, Pearsonet J.,  2005. Risk Of Intestinal Helminth And Prozoan Infection In a Refugee Population, Am J Trop Med Hyg, PMID: 16103610 [PubMed – indexed for MEDLINE], download 15/10 2005
Geocities., 2007. Teori Dasar Interpretasi Citra Sateli Landsat TM7+ Metode Interpretasi Visual (Digitize Screen), http://www.google.com, Download 22/08/ 2007
Goodchild M F, Steyaert L T, Parks B O., 1996. GIS and  Environmental Modeling: Progress and Research Issues,GIS World, Inc, USA
Hartono, Barano Th, Farda N M, Kamal M., 2005. Analisis Data Penginderaan Jauh Dan SIG Untuk Studi Sumberdaya Air Permukaan Dan Rawa Biru Merauke Papua, Siminar Nasional MIPA 2005 FMIPA – Universitas Indonesia Depok,  http://www.google.com, download 22/08/ 2007
Hunter, John M., ed., 1974. The Geography of Health and Disease: Papers of the First Carolina Geographical Symposium. Chapel Hill: University of North Carolina, Department of Geography
Jones, K. and Moon, G., 1987. Health Disease and Society, London: RKP, chapter 1.
Kearns, R., 1993.  Place and Health, Professional Geographer, 45, 139-47.
Ketut W, Utama Y P, Riqqi A., 2005. Deteksi Perubahan Vegetasi Dengan  Metode Spectral Mixture Analysis (SMA) dari Citra Satelit Multitemporal Landsat TM dan ETM, Jurnal Infrastuktur dan Lingkungan Binaan, Vol. I No.2 Desember  2006, http://www.google.com, download 25/08/ 2007
Lawrence R, Orihel. T C., 1991. Paratities: A Guide To Laboratory Procedures and Identification, ASCP Press, American Society of Clinical Pathologists Chicago
Mardihusodo S J., 1997. Penginderaan Jauh Untuk Kesehatan Pemantauan Dan Pengendalian Penyakit Terkait Lingkungan, Fakultas Kedokteran. UGM, Yogyakarta
Meade, Melinda S., and Michael Emch., 2010. Medical Geography. 3d ed. New York: Guilford, 2010.
Morales G A, Pino L A, Chourio-Lozano G., 1994. Ecoepidemiology Of Ascaris lumbricoides in an Endemic Area and Its Relation With Blood Groups, Acta Cient Venez, PMID: 9239849 [PubMed – indexed for MEDELINE], download 16/09/2006
Morishita K., 1972. Progres Of Medical Parasitology In Japan, Vol. IV, Meguro Parasitological  Museum, Tokyo
Projo D., 1997. Spatial Modeling For Health Studies Contribution Of Remote Sensing And Geographic Information Systems In Hendling Health Problems, Makalah, Disampaikan Pada Seminar Nasional Penginderaan Jauh Untuk Kesehatan Pemantauan Dan Pengendalian Penyakit Terkait Lingkungan, FK. UGM, Yogyakarta
Salakory M., 1996. Pengaruh Bentang Alam Dan Budaya Penduduk Di Pegunungan Dan Di Pantai Terhadap Prevalensi Infeksi Penyakit Cacing Yang Penularannya Melalui Tanah, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya
Soedarto, 1992, Helmintologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Sutanto., 1997. Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Perkembangan Mutakhir Dan Terapannya, Makalah, Disampaikan Pada Seminar Nasional Penginderaan Jauh Untuk Kesehatan Pemantauan Dan Pengendalian Penyakit Terkait Lingkungan, FK. UGM, Yogyakarta
Udonsi J K G,. Atata G., 1987. Necator americanus: Temperature, pH, light, and larval development, longevity, and desiccation toleranceExperimental Parasitology, Volume 63, Issue 2, Copyright © 1987 Published by Elsevier Inc, download 20/05/2010
USDA (United States Departemen Of Agriculture), 1999. Soil Taxonomy  A Basic System Of Soil Classification For Making and Interpreting Soil Surveys, Natural Resources Conservation Service, Second Edition
Wyatt P and Ralphs M., 2003. Gis in Land and Property Management, Spon Press, London
Ye XP, Wu ZX, Sun FH., 1994. The Population Biology And Control Of Necator Americanus In A Village Community In South-Eastern China, Ann Trop Med Parasitol, PMID: 7893178 [PubMed – indexed for MEDLINE], download 15/11/ 2005