Selamat Datang Di Remanda'S Community

BENTENG PASSO - AMBON

BENTENG PASSO - AMBON
(Foto: Amanda'S)

Jumat, 23 Juli 2010

INDEKS PERTUMBUHAN TELUR&LARVA GH (Kultur In vitro)

Perbedaan Pertumbuhan telur dan Larva Geohelminths di 7 Jenis Tanah Perdesaan Pulau Ambon (Hasil Kultur Invitro)
(Oleh: M. Salakory.M.Kes* Program Doktor Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UGM)


Telah dilakukan penelitian eksperimen di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk kultur invitro. Dalam rencana awal penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Pattimura, akan tetapi tempat penelitian dipindahkan ke Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Pemindahan tempat penelitian dikarenakan kondisi listrik di Kota Ambon mengalami pemadaman bergilir dengan interval yang tidak dapat diprediksi, sehingga dikhawatirkan hasil penelitian akan mengalami bias bahkan mungkin gagal. Pada pelaksanaan kultur invitro di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada juga sempat dipengaruhi oleh faktor pengganggu. Sampel tinja yang mengandung telur
Cacing kait, terlebih dahulu menetas menjadi larva Rabditiform sehingga fase pertama terlewatkan dalam pengamatan. Kultur tetap dilanjutkan, tetapi dilakukan pengulangan khusus untuk jenis telur Cacing kait. Kultur kemudian dilakukan pada Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Pattimura tanggal 16 Oktober – 01 Nopember 2009, sekaligus sebagai replikasi.



Gambar.27.Distribusi Kelas Risiko Populasi Telur dan Larva Geohelminths di Tanah, Berdasarkan Satuan Lahan

Kultur invitro yang dilakukan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh suatu formula tentang dinamika perkembangan telur fertil menjadi telur infektif dan larva untuk jenis Cacing kait. Perkembangan telur Geohelminths sesuai hasil kultur invitro dapat dilihat pada tampilan gambar 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35.


Dari hasil kultur tersebut, terungkap bahwa ada resistensi telur Geohelminths. Resistensi tersebut berupa suatu kemampuan untuk bertahan atau viabilitas telur-telur yang diperlihatkan selama eksperimental pada suatu agen dengan kondisi-kondisi tetap. Menurut Ogata (1923b), dapat dipergunakan 3 kriteria bagi telur-telur yang mati ataupun yang hidup yaitu; kriteria melalui metode kultur, kriteria morfologis, dan kriteria dengan penodaan. Dalam penelitian ini digunakan kriteria melalui metode kultur.

Disebutkan oleh Inatomi dalam Morishita (1979), bahwa kriteria dengan metode kultur memiliki reliabilitas yang tinggi. Dalam metode ini telur A. lumbricoides ditempatkan dalam agen tanah dengan kondisi jenis tanah yang berbeda dan dalam keadaan kering, lembab, basah, dan pada suhu 25oC (suhu kamar). Setelah suatu periode tertentu perkembangan telur-telur Geohelminths tersebut diperiksa untuk melihat perkembangan atau perubahan morfologi telur dan larva pada tiap tahap perkembangan dalam media dish.
Fushumi dalam Morishita (1979), yang menyelidiki kembali kerja Brown, mengemukakan suatu formula tentang indeks perkembangan dari telur A. lumbricoides. Dibaginya atas enam bagian berdasarkan tahap perkembangan mereka yaitu; tahap satu sel, tahap morula awal, tahap morula akhir, tahap tadpole, tahap embrio mortil dan telur yang terdegenerasi, dimana tiap tahap tersebut secara komparatif diberi nilai 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 yang disebut sebagai angka indeks. Persentase tiap tahap dalam suatu populasi telur dikalikan dengan tiap-tiap angka indeks yang berkaitan. Jumlah totalnya digunakan sebagai nilai indeks total dari perkembangan dalam populasi telur pada saat pengujian. Formula untuk menghitung indeks total adalah:
S= a.0+b.1+c.2+d.3+e.4+f.0
Keterangan: S = Indeks Total
a = tahap satu sel
b = tahap morula awal
c = tahap morula akhir
d = tahap tapdole
e = tahap embrio mortil
f = degradasi telur (Fushumi dalam Morishita.1979)

Ogata (1923 b), mengemukakan bahwa perubahan morfologi yang kelihatan dalam telur yang mati adalah; 1).vakuolasi dalam sitoplasma sel-sel telur (terutama berkaitan dengan degenerasi lemak), 2) sitolisis, 3) penyusutan dari sel telur, 4) kerusakan pada bagian permukaan dari sel telur atau jubah protein. Ia juga mencatat okurensi telur-telur mati tanpa perubahan morfologis yang bisa dicatat.
Bentuk abnormal yang kelihatan dalam telur ini secara morfologis diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Perubahan dalam tahap satu sel adalah; granulasi, penyusutan, mallokasi, pembentukan gelembung yang kecil atau besar, hyalinasi sitoplasmik, deformasi dan disintegrasi. Tiga perubahan pertama yang terjadi menandakan telur mengalami kerusakan parah. 2) Perubahan dalam tahap perkembangan, secara garis besar terbagi dalam dua bagian yaitu; a) embrio yang terpisah secara tidak normal yang merupakan karakteristik dari kehadiran blasmer-blasmer dengan ukuran tak seimbang di tahap awal dan embrio yang pecah di tahap akhir, dan b) bentuk yang beragam sebagaimana terlihat dalam tahap satu sel, yang kelihatan dalam tiap blasmer atau dalam embrio.

Dalam penelitian pendahuluan yang pernah dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada tahun 2005, pengamatan terhadap telur Cacing kait yang ditanam di tanah sesuai jenis tanah dan dikondisikan dalam keadaan kering, basah, lembab, serta disimpan dalam inkubator dengan suhu kamar (25oC), memberikan hasil sbb; pada pengamatan awal sebelum ditanam terlihat telur dengan 4 sel, 6 sel dan 8 sel dengan bentuk lonjong dan dinding tipis bening satu lapis. Setelah ditanam pada cawan petri, di hari pertama pengamatan terlihat sebagian besar telur mengalami perubahan ke stadium morula (menunjukkan bentuk larva). Hari kedua pengamatan terlihat perubahan ke arah bentuk larva makin jelas. Hari ke tiga, tidak ditemukan lagi perubahan ke arah pertumbuhan larva bahkan terlihat fisik telur cenderung mengerut dan inti di dalamnya berkerut atau mengecil dari hari ke dua. Setelah diperiksa kondisi fisik media tanah dalam cawan petri terlihat tanah dalam kondisi kering walau keaadaan suhu tetap. Atas dasar itu, maka kemudian dari 8 cawan petri yang ada, 3 cawan petri kemudian diberikan tambahan air sedangkan sisanya tidak. Pemeriksaan hari keempat, terlihat perubahan ke arah perkembangan inti telur yang berasal dari cawan petri yang diberikan tambahan air, sedangkan pada cawan petri yang tidak diberikan tambahan air sudah tidak ditemukan lagi telur Cacing kait. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa telur Cacing kait akan cepat matang dan berubah menjadi larva pada kondisi tanah yang basah atau lembab. Jadi selanjutnya, apabila suasana atau kondisi ini terpenuhi untuk proses pematangan telur-telur tsb, maka dapat dikatakan bahwa daerah tersebut merupakan daerah endemis infeksi cacing yang penularannya melalui tanah.
Hasil penelitian eksperimental melalui kultur Invitro, dimaksudkan untuk memperoleh suatu formula tentang dinamika perkembangan telur fertil menjadi telur infektif dan larva untuk jenis Cacing kait, memberikan hasil sebagaimana tergambar pada tabel 5 bagian lampiran. Indeks dan arah perkembangannya dapat dilihat pada tabel 7.

Dari tabel 7, terlihat bahwa pada media dish dengan jenis tanah Aluvial yang dalam kondisi kering A. lumbricoides mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan yang paling lama berada pada fase morula akhir (tahap 3). Telur T. trichiura mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan yang paling lama berada pada fase 2 sel (tahap 2), tetapi cukup cepat mencapai tahap larva (tahap 4). Telur Cacing kait mengalami masa pertumbuhan paling cepat pada fase 6 - 8 sel (tahap 1), dan kemudian juga lebih cepat mencapai tahap larva (tahap 4) Rabditiform maupun Filariform.
Jenis tanah Aluvial yang dalam kondisi basah A. lumbricoides mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan yang paling lama berada pada fase morula akhir (tahap 3), tetapi kemudian lebih cepat mengalami tahap embrio (tahap 4) bahkan kemudian bertahan dalam kondisi stabil pada fase tersebut. Telur T. trichiura mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan yang paling lama berada pada fase pembelahan lanjut (tahap 3), tetapi cukup cepat mencapai tahap larva (tahap 4). Telur Cacing kait mengalami masa pertumbuhan paling cepat pada fase 6 - 8 sel (tahap 1), dan kemudian juga lebih cepat mencapai tahap larva Rabditiform maupun Filariform (tahap 4).

Tabel. 7
Deskripsi Pertumbuhan Telur dan Larva Geohelminths Sesuai Media Tanah
No Jenis Media
Dish TAHAP PERK. A. lumbricoides TAHAP. PERK. T. trichiura TAHAP. PERK. Cacing kait
0 1 2 3 4 TI A
P 0 1 2 3 4 TI A
P 0 1 2 3 4 TI A
P
- Hw. Tahap awal 4 sel
1 ALUV.K 6 3 8 10 9 85 + - 3 12 7 14 104 -+ - 1 2 3 7 42 ++
2 ALUV.B - 3 6 16 11 107 ++ - 3 4 18 15 113 ++ - 1 2 3 7 42 ++
3 ALUV.L - 1 8 13 14 112 ++ - 3 6 12 15 111 ++ - 1 2 3 7 42 ++
4 BRUN.K 21 6 7 3 - 26 -- 21 6 7 2 - 26 -- - 1 4 4 2 29 +
5 BRUN.B 6 15 9 6 87 -+ 6 9 13 8 - 59 - - 1 4 2 4 31 -+
6 BRUN.L - 3 12 13 8 98 + 17 5 6 8 - 41 -- - 1 4 2 4 31 -+
7 GLEI.K - 3 12 10 11 101 ++ 23 5 6 2 - 23 -- - 1 6 6 4 47 -+
8 GLEI.B 5 10 13 8 96 + 2 7 15 12 - 73 - - 1 6 8 2 45 -+
9 GLEI.L 2 5 8 21 - 84 +- - 7 14 4 11 91 -+ - 1 8 6 4 51 -+
10 KAMB.K 27 1 8 - - 17 -- 21 11 4 - - 19 -- - 1 4 2 8 47 ++
11 KAMB.B - 1 8 25 2 100 +- 36 - - - - 0 -- - 1 2 3 7 42 ++
12 KAMB.L - 1 8 27 - 98 +- 36 - - - - 0 -- 13 1 8 14 - 59 --
13 LITOS.K 27 1 8 - - 17 -- 29 6 1 - - 8 -- 33 1 2 - - 5 --
14 LITOS.B - 5 6 19 6 98 +- 15 13 6 2 - 31 -- - 1 6 2 4 27 -+
15 LITOS.L - 5 6 21 4 96 +- 6 13 8 9 - 56 - - 1 10 14 11 83 ++
16 PDSOL.K 33 3 - - - 3 -- 17 7 6 6 - 37 - 27 3 4 2 - 17 --
17 PDSOL.B 33 3 - - - 3 -- - 9 6 15 6 90 +- 23 3 8 2 - 25 --
18 PDSOL.L 33 3 - - - 3 -- 9 6 13 8 92 + 29 3 3 1 - 12 --
19 RENS.K - 5 4 12 15 109 + 21 5 8 2 - 27 -- 31 1 4 - - 9 --
20 RENS.B - 5 6 10 15 107 + 17 9 4 6 - 35 -- 23 1 2 10 - 35 --
21 RENS.L 5 6 14 11 103 + 7 10 11 8 92 + 23 1 2 10 - 35 --



Sumber: Rekap Rata-rata hasil kultur Invitro (2 kali pelaksanaan), Tahun 2009

Keterangan:
1).Waktu Pengamatan A. lumbricoides, T. trichiura : Max = 36 kali
2).Waktu Pengamatan cacing kait : Max = 16 kali
++ Pertumbuhan pada tahap tahap awal lebih cepat dan mencapai tahap embrio dalam kurun waktu lebih cepat
+ Pertumbuhan Normal dan berlangsung dalam setiap tahap dengan kurun waktu yang relatif sama (hampir tidak ada perbedaan waktu yang besar)
+-Pertumbuhan pada tahap tahap awal lebih cepat, kemudian mengalami pengunduran perkembangan pada tahap tahap kemudian (membutuhkan waktu lama)
-- Pertumbuhan berlangsung pada tahap-tahap awal lebih lama dari keadaan normal, tidak mencapai mencapai tahap embrio, membutuhkan waktu yang relatif lama, terjadi degradasi struktur telur
- Pertumbuhan dalam setiap tahap berlangsung agak lama dan masih berada di bawah pertumbuhan normal
-+Pertumbuhan pada tahap tahap awal lebih lama, kemudian normal bahkan agak cepat pada tahap tahap kemudian (membutuhkan waktu sedikit untuk mencapai tahap berikutnya)
TI = Total Indeks
AP= Arah perkembangan


Jenis tanah Aluvial yang dalam kondisi basah A. lumbricoides mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan yang paling lama berada pada fase morula akhir (tahap 3), tetapi kemudian lebih cepat mengalami tahap embrio (tahap 4) bahkan kemudian bertahan dalam kondisi stabil pada fase tersebut. Telur T. trichiura mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan yang paling lama berada pada fase pembelahan lanjut (tahap 3), tetapi cukup cepat mencapai tahap larva (tahap 4). Telur Cacing kait mengalami masa pertumbuhan paling cepat pada fase 6 - 8 sel (tahap 1), dan kemudian juga lebih cepat mencapai tahap larva Rabditiform maupun Filariform (tahap 4).
Jenis tanah Aluvial yang dalam kondisi lembab A. lumbricoides mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan yang paling lama berada pada fase morula akhir (tahap 3), tetapi kemudian lebih cepat mengalami tahap embrio (tahap 4) bahkan kemudian bertahan dalam kondisi stabil pada fase tersebut. Telur T. trichiura mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan yang paling lama berada pada fase pembelahan lanjut (tahap 3), tetapi cukup cepat mencapai tahap larva (tahap 4). Telur Cacing kait mengalami masa pertumbuhan paling cepat pada fase 6 - 8 sel (tahap 1), dan kemudian juga lebih cepat mencapai tahap larva (tahap 4) Rabditiform maupun Filariform.
Pada media dish dengan jenis tanah Brunisem yang dalam kondisi kering A. lumbricoides mengalami pertumbuhan paling lama pada fase morula awal (tahap 2) dan lebih cepat pada fase morula akhir (tahap 3), tetapi kemudian mengalami degradasi setelah hari ke 18. Telur T. trichiura mengalami pertumbuhan paling lama pada fase 2 sel (tahap 2) cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan yang paling lama berada pada fase 2 sel (tahap 2), tetapi kemudian mengalami degradasi setelah hari ke 18. Telur Cacing kait mengalami masa pertumbuhan paling cepat pada fase 6-8 sel (tahap 1), mengalami pertumbuhan normal pada fase morula (tahap 2) dan larva Rabditiform (tahap 3) dan mencapai fase Filariform (tahap 4) setelah hari ke 11. Jenis tanah Brunisem yang dalam kondisi basah A. lumbricoides mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan yang paling lama berada pada fase morula awal (tahap 2), tetapi kemudian lebih cepat mengalami tahap embrio (tahap 4). Telur T. trichiura mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan yang paling lama berada pada fase 2 sel (tahap 2), kemudian mengalami degradasi setelah fase pembelahan lanjut (tahap 3) setelah hari ke-39. Telur Cacing kait mengalami masa pertumbuhan paling cepat pada fase 6 - 8 sel (tahap 1), kemudian mengalami pertumbuhan lama pada fase morula (tahap 2), dan lebih cepat mencapai tahap larva Rabditiform (tahap 3) maupun Filariform (tahap 4). Jenis tanah Brunisem yang dalam kondisi lembab A. lumbricoides mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan pertumbuhan normal pada fase morula awal (tahap 2) dan morula akhir (tahap 3) kemudian mencapai fase embrio (tahap 4) setelah hari ke-29. Telur T. trichiura mengalami pertumbuhan rata-rata lambat pada setiap fase, kemudian mengalami degradasi setelah mencapai fase pembelahan lanjut (tahap 3) di hari ke-22. Telur Cacing kait mengalami masa pertumbuhan paling cepat pada fase 6-8 sel (tahap 1), kemudian mengalami pertumbuhan lama pada fase morula (tahap 2), dan lebih cepat mencapai tahap larva Rabditiform (tahap 3) maupun Filariform (tahap 4).
Pada media dish dengan jenis tanah Gleisol yang dalam kondisi kering, A. lumbricoides mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan lebih normal pada fase morula awal (tahap 2) dan morula akhir (tahap 3) dan kemudian mengalami fase embrio (tahap 4) setelah hari ke-33 dan dan bahkan bertahan pada media dish tersebut. Telur T. trichiura mengalami pertumbuhan paling lama pada fase 1 sel (tahap 1) mencapai fase pembelahan lanjut (tahap 3), tetapi kemudian mengalami degradasi setelah hari ke-15. Telur Cacing kait mengalami masa pertumbuhan lama pada fase morula (tahap 2) dan fase larva Rabditiform (tahap 3), kemudian mencapai fase Filariform (tahap 4) setelah hari ke 17. Jenis tanah Gleisol yang dalam kondisi basah, A. lumbricoides mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan mengalami pertumbuhan normal pada fase morula awal (tahap 2) dan morula akhir (tahap 3), kemudian mengalami fase embrio (tahap 4) setelah hari ke-39. Telur T. trichiura mengalami pertumbuhan paling lama pada fase 2 sel (tahap 2), mencapai fase pembelahan lanjut (tahap 3) dan bertahan cukup lama pada fase tersebut, kemudian mengalami degradasi setelah hari ke-45. Telur Cacing kait mengalami masa pertumbuhan lama pada fase morula (tahap 2) dan fase larva Rabditiform (tahap 3), kemudian mencapai fase Filariform (tahap 4) setelah hari ke 20. Jenis tanah Gleisol yang dalam kondisi lembab, A. lumbricoides mengalami pertumbuhan paling cepat pada fase 1 sel (tahap 1) dan mengalami pertumbuhan lambat pada fase morula akhir (tahap 3), kemudian mengalami degradasi setelah hari ke-44. Telur T. trichiura mengalami pertumbuhan lambat pada fase 2 sel (tahap 2), kemudian mengalami pertumbuhan cukup cepat pada fase pembelahan lanjut (tahap 3), dan pada akhirnya masuk ke fase embrio (tahap 4) setelah hari ke-33 dan bertahan cukup lama pada fase tersebut. Telur Cacing kait mengalami masa pertumbuhan lama pada fase morula (tahap 2) dan fase larva Rabditiform (tahap 3), kemudian mencapai fase Filariform (tahap 4) setelah hari ke-20.
Dari tabel 6. terlihat bahwa; A. lumbricoides mengalami pertumbuhan untuk mencapai tahap embrio (tahap 4) lebih cepat (++) pada media tanah Aluvial lembab dengan persentase TI (Indeks Perkembangan Maksimum/ IPT x 100) sebesar 77.78%, Aluvial basah 74/30%, dan Gleisol kering 70.14%. Mengalami pertumbuhan normal (+), pada Rensina kering 75.69%, Rensina basah 74, 30%, Rensina lembab 71.53%, Brunisem lembab 68.05%, Aluvial kering 59.02%, dan Gleisol basah 66.67%.
A. lumbricoides mengalami pertumbuhan pada tahap-tahap awal lebih lama dari keadaan normal, tidak mencapai tahap embrio, membutuhkan waktu yang relatif lama, terjadi degradasi struktur telur (-- ), pada media tanah Brunisem kering 18.05%, Kambisol kering dan Litosol kering 11.80%, Podsolik kering, Podsolik basah dan Podsolik lembab 2.08%.
A. lumbricoides mengalami pertumbuhan di awal-awal normal kemudian melambat (+-), pada media tanah Kambisol basah 69.44%, Kambisol lembab dan Litosol basah 68.05%, Litosol lembab 66.66%. Mengalami pertumbuhan pada tahap tahap awal lebih lama, kemudian normal bahkan agak cepat pada tahap tahap kemudian (-+), pada media tanah Brunisem basah 60.42%.
Hasil yang dicapai dalam proses pertumbuhan telur A. lumbricoides ini sejalan dengan Bundy dan Cooper (1989) yang menemukan bahwa Telur A. lumbricoides, tahan terhadap suhu yang ekstrim di banding Trichuris trichiura, dan Cacing kait (Bundy dan Cooper, 1989), tetapi hasil penelitian justru T. trichiura yang lebih bertahan dalam kondisi kering dibandingkan A. lumbricoides.
Distribusi pertumbuhan telur A. lumbricoides (indeks pertumbuhan) pada satuan lahan Pulau Ambon dapat dilihat pada gambar 36 (Lampiran).
T. trichiura, mengalami pertumbuhan untuk mencapai tahap embrio (tahap 4) lebih cepat (++) pada media tanah Aluvial basah 78.47%, dan Aluvial lembab 70.08%. Mengalami pertumbuhan normal pada Podsolik lembab dan Rensina lembab 63.89%.
T. trichiura, mengalami pertumbuhan pada tahap-tahap awal lebih lama dari
keadaan normal, tidak mencapai tahap embrio, membutuhkan waktu relatif lama, serta terjadi degradasi struktur telur (--), pada media tanah Brunisem lembab 28.47%, Litosol basah, Rensina basah 24.30%, Brunisem kering 18.05%, Rensina kering 18.75%, Gleisol kering 15.97, Kambisol kering 13.19%, Litosol kering 5.55%, Kambisol basah, Kambisol lembab 0%.
T. trichiura, mengalami pertumbuhan dalam setiap tahap berlangsung agak lama berada di bawah pertumbuhan normal (-), pada media tanah Gleisol basah 50.69%, Brunisem basah 40.97%, Litosol lembab 38.89%, Podsolik kering 25.69%.
T. trichiura. mengalami pertumbuhan di awal-awal normal kemudian melambat (+-), pada media tanah Podsolik basah 62.5%. Mengalami pertumbuhan pada tahap tahap awal lebih lama, kemudian normal bahkan agak cepat pada tahap tahap kemudian (-+), pada media tanah Gleisol lembab 63.19%.
Distribusi pertumbuhan telur T. trichiura (indeks pertumbuhan) pada satuan lahan Pulau Ambon dapat dilihat pada gambar 37 (Lampiran).
Cacing kait, mengalami pertumbuhan untuk mencapai tahap larva Rabditiform maupun filariform (tahap 4) lebih cepat (++) pada media tanah Litosol lembab 57.64%, Kambisol kering 32.64%, Aluvial kering, Aluvial basah, Aluvial lembab, Kambisol basah, 29.17%. Mengalami pertumbuhan normal (+) pada media tanah 20.14%.
Cacing kait, mengalami pertumbuhan pada tahap-tahap awal lebih lama dari keadaan normal, tidak mencapai tahap embrio, membutuhkan waktu yang relatif lama, serta terjadi degradasi struktur telur (--), pada media tanah Kambisol lembab 40.97%, Rensina basah, Rensina lembab 24.30%, Podsolik basah 17.36%, Podsolik kering 11.80%, Podsolik lembab 8.33%, Rensina kering 6.25%, Litosol kering 3.47%.
Cacing kait. mengalami pertumbuhan pada tahap tahap awal lebih lama, kemudian normal bahkan agak cepat pada tahap tahap kemudian (-+), pada media tanah Gleisol lembab 35.42%, Gleisol kering 32.64%, Gleisol basah 31.25%, Brunisem basah, Brunisem lembab 21.53%, dan Litosol basah 18.75%.
Pertumbuhan telur dan larva Cacing kait, ditemukan berhenti berkembang pada suhu 41oC (Undosi dan Atata, 1987; Smith dan Schad, 1989, dalam Brooker, 2006).
Distribusi pertumbuhan telur dan larva Cacing kait (indeks pertumbuhan) pada satuan lahan Pulau Ambon dapat dilihat pada gambar 38 (Lampiran).
Dari tabel 6, disusun 63 formula Indeks Pertumbuhan untuk tiap jenis telur dan larva Geohelminths menurut media dish nya sebagai berikut.

1 ALUVIAL KERING:
Tot.Idx.A. lumbricoides = 6.0+3.1+8.2+10.3+9.4 10 BRUNISEM KERING:
Tot.Idx.A. lumbricoides = 21.0+6.1+7.2+3.3+0.4
2 Tot.Idx.T. trichiura =
0.0+3.1+12.2+7.3+14.4 11 Tot.Idx.T. trichiura =
21.0+6.1+7.2+2.3+0.4
3 Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+2.2+3.3+7.4 12 Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+4.2+4.3+2.4
4 ALUVIAL BASAH:
Tot.Idx.A. lumbricoides = 0.0+3.1+6.2+16.3+11.4 13 BRUNISEM BASAH:
Tot.Idx.A. lumbricoides = 0.0+6.1+15.2+9.3+6.4
5 Tot.Idx.T. trichiura =
0.0+3.1+4.2+18.3+15.4 14 Tot.Idx.T. trichiura =
6.0+9.1+13.2+8.3+0.4

6
Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+2.2+3.3+7.4
15
Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+4.2+2.3+4.4
7 ALUVIAL LEMBAB:
Tot.Idx.A. lumbricoides = 0.0+1.1+8.2+13.3+14.4 16 BRUNISEM LEMBAB:
Tot.Idx.A. lumbricoides =0.0+3.1+12.2+13.3+8.4
8 Tot.Idx.T. trichiura =
0.0+3.1+6.2+12.3+15.4 17 Tot.Idx.T. trichiura =
17.0+5.1+6.2+8.3+0.4
9 Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+2.2+3.3+7.4 18 Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+4.2+2.3+4.4


19 GLEISOL KERING:
Tot.Idx.A. lumbricoides =
0.0+3.1+12.2+10.3+11.4 28 KAMBISOL KERING:
Tot.Idx.
A.lumbricoides =
27.0+1.1+8.2+0.3+0.4
20 Tot.Idx.T. trichiura =
23.0+5.1+6.2+2.3+0.4 29 Tot.Idx.T. trichiura =
21.0+11.1+4.3+0.3+0.4
21 Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+6.2+6.3=6.4 30 Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+4.2+2.3+8.4
22 GLEISOL BASAH:
Tot.Idx.
A. lumbricoides =
0.0+5.1+10.2+13.3+8.4 31 KAMBISOL BASAH:
Tot.Idx.
A. lumbricoides =
0.0+1.1+8.2+25.3+2.4
23 Tot.Idx.T. trichiura =
2.0+7.1+15.2+12.3+0.4 32 Tot.Idx.T. trichiura =
36.0+0.1+0.2+0.3+0.4
24 Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+6.2+8.3+2.4 33 Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+2.2+3.3+7.4
25 GLEISOL LEMBAB:
Tot.Idx.
A. lumbricoides =
2.0+5.1+8.2+21.3+0.4 34 KAMBISOL LEMBAB:
Tot.Idx.A. lumbricoides =
0.0+1.1+8.2+27.3+0.4

26 Tot.Idx.T. trichiura =
0.0+7.1+14.2+4.3+11.4 35 Tot.Idx.T. trichiura =
36.0+0.1+0.2+0.3+0.4
27 Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+8.2+6.3+4.4 36 Tot.Idx.Cacing kait =
13.0+1.1+8.2+14.3+0.4

37 LITOSOL KERING:
Tot.Idx.
A. lumbricoides =
27.0+1.1+8.2+0.3+0.4 46 PODSOLIK KERING:
Tot.Idx.
A. lumbricoides =
33.0+3.1+0.2+0.3+0.4
38 Tot.Idx.T. trichiura =
29.0+6.1+1.2+0.3+0.4 47 Tot.Idx.T. trichiura =
17.0+7.1+6.2+6.3+0.4
39 Tot.Idx.Cacing kait =
33.0+1.1+2.2+0.3+0.4 48 Tot.Idx.Cacing kait =
27.0+3.1+4.2+2.3+0.4
40 LITOSOL BASAH:
Tot.Idx.
A. lumbricoides =
0.0+5.1+6.2+19.3+6.4 49 PODSOLIK BASAH:
Tot.Idx.
A. lumbricoides =
33.0+3.1+0.2+0.3+0.4
41 Tot.Idx.T. trichiura =
15.0+13.1+6.2+2.3+0.4 50 Tot.Idx.T. trichiura =
0.0+9.1+6.2+15.3+6.4
42 Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+6.2+2.3+4.4 51 Tot.Idx.Cacing kait =
23.0+3.1+8.2+2.3+0.4

43
LITOSOL LEMBAB:
Tot.Idx.
A. lumbricoides =
0.0+5.1+6.2+21.3+4.4
52
PODSOLIK LEMBAB:
Tot.Idx.
A. lumbricoides =
33.0+3.1+0.2+0.3+0.4
44 Tot.Idx.T. trichiura =
6.0+13.1+8.2+9.3+0.4 53 Tot.Idx.T. trichiura =
0.0+9.1+6.2+13.3+8.4
45 Tot.Idx.Cacing kait =
0.0+1.1+10.2+14.3+11.4 54 Tot.Idx.Cacing kait =
29.0+3.1+3.2+1.3+0.4

55 RENSINA KERING:
Tot.Idx.
A. lumbricoides =
0.0+5.1+4.2+12.3+15.4 61 RENSINA LEMBAB:
Tot.Idx.
A. lumbricoides =
0.0+5.1+6.2+14.3+11.4
56 Tot.Idx.T. trichiura =
21.0+5.1+8.2+2.3+0.4 62 Tot.Idx.T. trichiura =
0.0+7.1+10.2+11.3+8.4

57
Tot.Idx.Cacing kait =
31.0+1.1+4.2+0.3+0.4
63
Tot.Idx.Cacing kait =
23.0+1.1+2.2+10.3+0.4
58 RENSINA BASAH:
Tot.Idx.
A. lumbricoides =
0.0+5.1+6.2+10.3+15.4
59 Tot.Idx.T. trichiura =
17.0+9.1+4.2+6.3+0.4
60 Tot.Idx.Cacing kait =
23.0+1.1+2.2+10.3+0.4

Catatan: Bilangan pertama menunjukkan jumlah waktu yang dicapai dalam fase, bilangan kedua adalah bobot nilai tiap fase.


Hasil pengamatan kemudian dibandingkan untuk melihat apakah terdapat perbedaan signifikan indeks pertumbuhan telur dan larva Geohelminths yang dikultur menurut 7 jenis tanah. Alat uji statistik yang dipergunakan adalah Anova satu arah (one way anova).
Dari bagian pertama print-out anova (lampiran hasil analisis statistik), terlihat ringkasan statistik dari ketiga populasi. Deskripsi dari hasil kultur pada pemeriksaan ke-1 adalah; rata-rata Indeks Pertumbuhan (IP) A. lumbricoides sebesar 1.00 , minimum 1 dan maksimum 1, rata-rata Indeks Pertumbuhan dengan α = 0.05 ada pada range 1.00 – 1.00. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 0.90, minumm 0 dan maksimum 1, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.77 – 1.04. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.95, minum 0 dan maksimum 1, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.85 – 1.05.
Pada pemeriksaan ke-2, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 1.24, minimum 1 dan maksimum 2, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.04 – 1.44. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 0.90, minimum 0 dan maksimum 1, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 0.77 – 1.04. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 1.76, minimum 0 dan maksimum 2, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.52 – 2.01.
Pada pemeriksaan ke-3, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 1.24, minimum 1 dan maksimum 2, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.04 – 1.44. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 0.90, minimum 0 dan maksimum 1, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 0.77 – 1.04. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 1.76, minimum 0 dan maksimum 2, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.52 – 2.01.
Pada pemeriksaan hari ke-4, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 1.29, minimum 0 dan maksimum 0, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 0.96 – 1.61. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.05, minimum 0 dan maksimum 2, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 0.82 – 1.27. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 2.10, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.72 – 2.47.
Pada pemeriksaan ke-5, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 1.29, minimum 0 dan maksimum 2, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 0.96 – 1.61. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.05, minimum 0 dan maksimum 2, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.82 – 1.27. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 2.10, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.72 – 2.47.
Pada pemeriksaan ke-6, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 1.62,
minimum 0 dan maksimum 2, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.28 – 1.96.
indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.19, minimum 0 dan maksimum 2, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 0.92 – 1.46. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 2.14, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.68 – 2.60.
Pada pemeriksaan ke-7, terlihat bahwa; Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 1.71, minimum 0 dan maksimum 2, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.39 – 2.04. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.29, minimum 0 dan maksimum 2, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.99 – 1.58. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 2.38, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.81 – 2.95.
Pada pemeriksaan ke-8, terlihat bahwa; Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 1.71, minimum 0 dan maksimum 2, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.39 – 2.04. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.43, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.06 – 1.80. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 2.52, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.87 – 3.18.
Pada pemeriksaan ke-9, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 1.71, minimum 0 dan maksimum 2, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.39 – 2.04. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.43, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.06 – 1.80. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 2.52, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.87 – 3.18.
Pada pemeriksaan ke-10, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 1.76, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.27 – 2.26. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.67, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.28 – 2.06. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 2.57, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.84 – 3.30.
Pada pemeriksaan ke-11, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 1.76, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.27 – 2.26. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.67, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.28 – 2.06. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 2.57, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.84 – 3.30.
Pada pemeriksaan ke-12, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.00, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.44 – 2.26. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.81, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.39 – 2.23. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 2.32, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.51 – 3.12.
Pada pemeriksaan ke-13, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.00, minimu 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.44 – 2.56. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.81, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.39 – 2.23. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 2.32, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.51 – 3.12.
Pada pemeriksaan ke-14, Indeks Pertumbuhan .A. lumbricoides sebesar 2.10, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.52 – 2.67. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.95, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.46 – 2.44. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 1.33, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.38 – 2.28.
Pada pemeriksaan ke-15, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.10, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.52 – 2.67. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.95, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.46 – 2.44. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 1.33, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.38 – 2.28.
Pada pemeriksaan ke-16, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.10, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.47 – 2.72. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.71, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.46 – 2.44. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 1.20, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.21 – 2.19.
Pada pemeriksaan ke-17, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.10, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.47 – 2.72. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.71, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.12 – 2.31. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 1.20, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.21 – 2.19.
Pada pemeriksaan ke-18, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.10, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.47 – 2.72. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.76, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.15 – 2.37. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.77, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.13 – 1.66.
Pada pemeriksaan ke-19, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.10, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 1.47 – 2.72. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.76, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.15 – 2.37. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.77, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.13 – 1.66.
Pada pemeriksaan ke-20, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.10, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.47 – 2.72. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.38, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.75 – 2.02. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.50, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.24 – 1.24.
Pada pemeriksaan ke-21, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.10, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α =0.05 ada pada range 1.47 – 2.72. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.38, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.75 – 2.02. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 1.46, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.24 – 1.24.
Pada pemeriksaan ke-22, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.29, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.59 – 2.96. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.43, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.70 – 2.16. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.50, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.24 – 1.24.
Pada pemeriksaan ke-23, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.33, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.62 – 3.04. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.57, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.79 – 2.35. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.50, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.24 – 1.24.
Pada pemeriksaan ke-24, Indeks A. lumbricoides sebesar 2.33, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.62 – 3.04. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.57, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 0.79 – 2.35. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.25, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.30 – 0.80.
Pada pemeriksaan ke-25, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.33, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.62 – 3.04. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.57, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 0.79 – 2.35. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.25, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.30 – 0.80.
Pada pemeriksaan ke-26, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.48, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.72 – 3.23. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.62, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.81 - 2.43. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.33, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.40 – 1.07.
Pada pemeriksaan ke-27, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.48, minimum 0 dan maksimum 4, rata - rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.72 – 3.23. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.62, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.81 - 2.43. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.33, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.40 – 1.07.
Pada pemeriksaan ke-28, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.48, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.72 – 3.23. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.62, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.81 - 2.43. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.33, minimum 0 dan maksimum 3, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.40 – 1.07.
Pada pemeriksaan hari ke-29, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.57, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.79 – 3.35. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.71, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.86 - 2.57. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.33, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.40 – 1.07.
Pada pemeriksaan ke-30, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.57, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.79 – 3.35. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.71, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 0.86 - 2.57. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.33, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range -0.40 – 1.07.
Pada pemeriksaan ke-31, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.48, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.64 – 3.31. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.48, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.49 - 2.36. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.00, minimum 0 dan maksimum 0, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.00 – 0.00.
Pada pemeriksaan ke-32, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.48, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.64 – 3.31. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.48, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.59 - 2.36. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.00, minimum 0 dan maksimum 0, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.00 – 0.00.
Pada pemeriksaan ke-33, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.52, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.68 – 3.37. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.48, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.59 - 2.36. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.00, minimum 0 dan maksimum 0, rata-rata dengan α 0.05 ada pada range 0.00 – 0.00.
Pada pemeriksaan ke-34, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.52, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.68 – 3.37. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.48, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.59 - 2.36. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.00, minimum 0 dan maksimum 0, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.00 – 0.00.
Pada pemeriksaan ke-35, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.43, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.53 – 3.32. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.33, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.45 - 2.21. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.00, minimum 0 dan maksimum 0, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.00 – 0.00.
Pada pemeriksaan ke-36, Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 2.43, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 1.53 – 3.32. Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 1.33, minimum 0 dan maksimum 4, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.45 - 2.21. Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 0.00, minimum 0 dan maksimum 0, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 0.00 – 0.00.
Total Indeks Pertumbuhan A. lumbricoides sebesar 73.81, minimum 3 dan maksimum 112, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 55.01 – 92.61. Total Indeks Pertumbuhan T. trichiura sebesar 53.71, minimum 0 dan maksimum 113, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 33.63 – 70.80. Total Indeks Pertumbuhan Cacing kait sebesar 34.52, minimum 0 dan maksimum 83, rata-rata dengan α = 0.05 ada pada range 25.66 – 49.39.
Bagian kedua adalah test of homogeneity of variances yang bertujuan untuk menguji berlaku tidaknya asumsi untuk ANOVA, yaitu apakah tiga populasi mempunyai varians yang sama.
Terlihat bahwa Levene Test hitung pemeriksaan pertama (P1) adalah 4.764 dengan nilai probabilitas (p) 0.000. Oleh karena p; 0.000 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan tiga varians populasi adalah identik atau ketiga varians populasi tidak sama, tetapi setelah ditanam selama empat hari (P4) adalah 2.770 dengan nilai probabilitas (p) 0.071. Oleh karena p; 0.071 > α; 0.05, maka Ho yang menyatakan ketiga varians populasi adalah identik di terima atau ketiga varians populasi sama. Angka ini dipergunakan dengan asumsi bahwa kondisi sampel pada awal kultur memang tidak sama tetapi setelah hari keempat maka kondisi sampel akan berada pada keadaan yang hampir sama sebab dianggap sebagai awal penyesuaian dengan kondisi lingkungan dalam cawan petri. Dengan demikian asumsi kesamaan varians untuk Anova sudah terpenuhi.
Setelah ketiga varians terbukti sama, maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Anova (Analysis of Variance) untuk menguji ketiga sampel mempunyai rata-rata (mean) yang sama. Dari hasil output bagian Anova, terlihat bahwa F hitung (Fhit) pada pemeriksaan ke-1 adalah 1.034 dengan p; 0.362 > α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik diterima. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths dari ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang identik atau sama.
Pada pemeriksaan ke-2, Fhit adalah 20.583 dengan p; 0.000 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-3, Fhit adalah 20.583 dengan p; 0.000 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-4, Fhit adalah 13.082 dengan p; 0.000 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-5, Fhit adalah 13.082 dengan p; 0.000 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-6, Fhit adalah 7.396 dengan p; 0.001 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-7, Fhit adalah 7.750 dengan p; 0.001 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-8, Fhit adalah 6.289 dengan p; 0.001 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-9, Fhit adalah 6.289 dengan p; 0.003 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-10, Fhit adalah 3.475 dengan p; 0.037 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-11, Fhit adalah 3.475 dengan p; 0.037 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-12, Fhit adalah 0.772 dengan p; 0.467 > α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik diterima. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang identik atau sama.
Pada pemeriksaan ke-13, Fhit adalah 0.772 dengan p; 0.467 > α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik diterima. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang identik atau sama.
Pada pemeriksaan ke-14, Fhit adalah 1.541 dengan p; 0.223 > α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik diterima. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang identik atau sama.
Pada pemeriksaan ke-15, Fhit adalah 1.541 dengan p; 0.223 > α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik diterima. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang identik atau sama.
Pada pemeriksaan ke-16, Fhit adalah 1.626 dengan p; 0.206 > α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik diterima. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang identik atau sama.
Pada pemeriksaan ke-17, Fhit adalah 1.626 dengan p; 0.206 > α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik diterima. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang identik atau sama.
Pada pemeriksaan ke-18, Fhit adalah 3.775 dengan p; 0.029 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-19, Fhit adalah 3.775 dengan p; 0.029 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-20, Fhit adalah 5.464 dengan p; 0.007 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Gohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-21, Fhit adalah 5.464 dengan p; 0.007 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-22, Fhit adalah 5.649 dengan p; 0.006 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-23, Fhit adalah 5.354 dengan p; 0.008 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-24, Fhit adalah 7.282 dengan p; 0.002 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-25, Fhit adalah 7.282 dengan p; 0.002 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-26, Fhit adalah 6.745 dengan p; 0.003 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-27, Fhit adalah 6.745 dengan p; 0.003 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-28, Fhit adalah 6.745 dengan p; 0.003 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohalminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-29, Fhit adalah 6.773 dengan p; 0.002 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-30, Fhit adalah 6.773 dengan p; 0.002 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-31, Fhit adalah 8.403 dengan p; 0.001 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-32, Fhit adalah 8.403 dengan p; 0.001 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-33, Fhit adalah 8.623 dengan p; 0.001 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-34, Fhit adalah 8.623 dengan p; 0.001 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-35, Fhit adalah 7.662 dengan p; 0.001 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-36, Fhit adalah 7.662 dengan p; 0.001 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Fhit untuk Total Indeks Pertumbuhan Geohelminths, adalah 6.6961 dengan p; 0.002 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Total Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketiga populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Total Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang tidak identik atau berbeda.
Setelah diketahui bahwa ada perbedaan Indeks Pertumbuhan Geohelminths yang signifikan antara ketiga jenis telur Geohelminths, maka untuk mengetahui lebih lanjut tentang Indeks Pertumbuhan Geohelminths yang berbeda dan mana yang tidak berbeda, akan dilanjutkan dengan menggunakan uji Tukey HSD dan Bonfferroni.
Hasil uji signifikansi dengan mudah dapat dilihat pada output dengan ada atau tidaknya tanda (*) pada kolom mean difference. Jika tanda (*) ada di angka mean difference atau perbedaan rata-rata maka perbedaan tersebut signifikan. Jika tidak ada tanda (*), perbedaan tidak signifikan.
Dengan melihat ada tidaknya tanda (*) pada kolom mean difference terlihat
bahwa: pada pemeriksaan ke-1 mean dari A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura dan Cacing kait. Begitupun juga T. trichiura dengan A. lumbricoides dan Cacing kait, maupun Cacing kait dengan A. lumbricoides dan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-2 mean dari A. lumbricoides berbeda secara nyata dengan T. trichiura dan Cacing kait. Begitupun juga T. trichiura dengan A. lumbricoides dan Cacing kait, maupun Cacing kait dengan A. lumbricoides dan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-3 mean dari A. lumbricoides berbeda secara nyata dengan T. trichiura dan Cacing kait. Begitupun juga T. trichiura dengan A. lumbricoides dan Cacing kait, maupun Cacing kait dengan A. lumbricoides dan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-4 mean dari A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura tetapi berbeda secara nyata Cacing kait. Begitupun juga T. trichiura dengan A. lumbricoides tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait, sementara Cacing kait berbeda secara nyata dengan A. lumbricoides dan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-5 mean dari A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura tetapi berbeda secara nyata Cacing kait. Begitupun juga T. trichiura tidak berbeda nyata dengan A. lumbricoides tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait, sementara Cacing kait berbeda secara nyata dengan A. lumbricoides dan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-6 mean dari A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura tetapi berbeda secara nyata Cacing kait. Begitupun juga T. trichiura tidak berbeda nyata dengan A. lumbricoides tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait, sementara Cacing kait berbeda secara nyata dengan A. lumbricoides dan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-7 mean dari A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan
T. trichiura dan Cacing kait. Begitupun juga T. trichiura tidak berbeda nyata dengan A. lumbricoides tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait, sementara Cacing kait juga tidak berbeda secara nyata dengan A. lumbricoides tetapi berbeda nyata dengan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-8 mean dari A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura dan Cacing kait. Begitupun juga T. trichiura tidak berbeda nyata dengan A. lumbricoides tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait, sementara Cacing kait juga tidak berbeda secara nyata dengan A. lumbricoides tetapi berbeda nyata dengan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-9 mean dari A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait. Begitupun juga T. trichiura tidak berbeda nyata dengan A. lumbricoides tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait, sementara Cacing kait berbeda nyata dengan A. lumbricoides maupun dengan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-10 mean dari A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait. Begitupun juga T. trichiura tidak berbeda nyata dengan A. lumbricoides tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait, sementara Cacing kait berbeda nyata dengan A. lumbricoides maupun dengan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 tidak terdapat mean yang berbeda secara nyata.
Pada pemeriksaan ke-20,21,22,23,24, dan 25 mean dari A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait. T. trichiura tidak berbeda nyata dengan A. lumbricoides dan Cacing kait, sementara Cacing kait berbeda nyata dengan A. lumbricoides tetapi tidak berbeda nyata dengan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-26 dan 27 mean dari A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait. T. trichiura tidak berbeda nyata dengan A. lumbricoides tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait, sementara Cacing kait berbeda nyata dengan A. lumbricoides dan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-28, 29, 30, 31, dan 32 mean dari A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait. T. trichiura tidak berbeda nyata dengan A. lumbricoides dan Cacing kait, sementara Cacing kait berbeda nyata dengan A. lumbricoides tetapi tidak dengan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-33, 34, 35, dan 36 mean dari A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait. T. trichiura tidak berbeda nyata dengan A. lumbricoides tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait, sementara Cacing kait berbeda nyata dengan A. lumbricoides dan T. trichiura.
Pada pemeriksaan ke-37, 38 mean A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait. T. trichiura tidak berbeda nyata dengan A. lumbricoides maupun dengan Cacing kait, sementara Cacing kait berbeda nyata dengan A. lumbricoides tetapi tidak dengan T. trichiura.
Total Indeks Pertumbuhan Geohelminths, mean A. lumbricoides tidak berbeda nyata dengan T. trichiura tetapi berbeda nyata dengan Cacing kait. T. trichiura tidak berbeda nyata dengan A. lumbricoides maupun dengan Cacing kait, sementara Cacing kait berbeda nyata dengan A. lumbricoides tetapi tidak dengan T. trichiura.
Indeks Pertumbuhan Geohelminths jika dilihat berdasarkan tujuh jenis tanah yang dipergunakan sebagai media kultur, maka dari hasil output bagian anova terlihat bahwa F hitung (Fhit) pada pemeriksaan ke-1, 2, dan 3 adalah 1.576, 0.911 dan 0.911 dengan p; 0.171, 0.494, dan 0.494 yang > α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketujuh populasi adalah identik diterima. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketiga jenis telur Geohelminths tersebut memang identik atau sama.
Pada pemeriksaan ke-4, 5, Fhit adalah 2.918; 2.918 dengan p; 0.015, dan 0.015 yang < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketujuh populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketujuh jenis tanah adalah tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-6, 7, Fhit adalah 2.067; 2.416 dengan p; 0.072, dan 0.072 yang > α;0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketujuh populasi adalah identik diterima. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketujuh jenis tanah adalah identik atau sama.
Pada pemeriksaan ke-8, 9, 10, 11, 12, 13, Fhit adalah 2.613; 2.613; 3.590; 3.590; 4.020; 4.020 dengan p; 0.026; 0.026; 0.004; 0.004; 0.002; dan 0.002 yang < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketujuh populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketujuh jenis tanah adalah tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-14, 15, Fhit adalah 2.087; 2.087 dengan p; 0.071, dan 0.071 yang > α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketujuh populasi adalah identik diterima. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketujuh jenis tanah adalah identik atau sama.
Pada pemeriksaan ke-16, 17, Fhit adalah 2.548 dengan p; 0.031 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketujuh populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketujuh jenis tanah adalah tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-18, 19, Fhit adalah 1.894 dengan p; 0.101 > α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketujuh populasi adalah identik diterima. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketujuh jenis tanah adalah identik atau sama.
Pada pemeriksaan ke-20, 21,22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, dengan Fhit 2.324, 2.840, 3.483, 3.915, 4.132, 3.637, 2.639, 2.467, dan p; 0.048, 0.019, 0.006, 0.003, 0.002, 0.005, 0.027, 0.037, < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketujuh populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketujuh jenis tanah adalah tidak identik atau berbeda.
Pada pemeriksaan ke-35, 36, Fhit adalah 1.574 dengan p; 0.176 > α; 0.05, maka
Ho yang menyatakan rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketujuh populasi adalah identik diterima. Atau rata-rata Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketujuh jenis tanah adalah identik atau sama.
Total Indeks Pertumbuhan Geohelminths dengan Fhit 2.402 dan p; 0.039 < α; 0.05, maka Ho yang menyatakan rata-rata Total Indeks Pertumbuhan Geohelminths ketujuh populasi adalah identik ditolak. Atau rata-rata Total Indeks Pertumbuhan Geohelminths pada ketujuh jenis tanah adalah tidak identik atau berbeda.