Selamat Datang Di Remanda'S Community

BENTENG PASSO - AMBON

BENTENG PASSO - AMBON
(Foto: Amanda'S)

Selasa, 25 Mei 2010



Siklus Geohelmints

Beberapa Aspek Ecoepidemiologi Geohelminths Prevalensi Dan Distribusinya Di Perdesaan Pulau Ambon

ABSTRACT
(Salakory. Melianus.,MKes. Program Doktor FK. UGM - 2010)

Up to the year of 1979 Geohelminth (GH) infection remains the public illness with high prevalence in tropical countries, particularly on low income families in rural areas (Moetrarsi et al., 1980).

In Ambon islands, the data on GH collected from monthly village health center reports since 2004, 2005, and July 2006 showed the varied results: there is village health center with the highest and lowest prevalance, and the other with prevalence report on the position in between highest and owest prevalance. It is also seen in the areas with certain geographical conditions having the highest prevalance in particular GH infection and vice versa.

The study on GH by using the eco-epidemiologic approach which is supported by the remote sensing data and the Geographic Information System (GIS), and hoped the symptom of the varied GH infection occurance can be explained through the laboratory experiment supported by the field survey. This research focuses on the particular GH widespread in relation to the GH eggs and larvae concentrations on soil and its effect on the GH prevalence infection in society.

The aim of this research is to undestand distribution of the GH eco-epidemiologic conditions, the dynamic of the infective eggs and larvae population in rural areas of Ambon islands, the GH prevalence rural population in this region, as well as determinant factors toward the dynamic of eggs and GH larvae development on the soil and GH prevalance on the population of Ambon islands.

The research design uses experimental at laboratory supported by the field survey with cross sectional method.

The result of research: (1) from the outcome of culture at laboratory found out six growth of dynamic formulas and 63 growth index formulas for each type of egg and larvae based on its dish. Dish media is soil based on its type which is continuously wet (rainy season) and dry (drought season) and moist (2) The distribution of GH eco-epidemiologic conditions, dynamic of infective GH egg and larvae population on the soil, and GH prevalance on the population.(3) Determinant factors to the dynamic of egg population and GH larvae on the soil, GH prevalance on the population. The similarity regression of variables provided contribution to dynamic of egg development and GH larvae on the soil described below:

Y (T&L.GH)= -4.228(Const)+2.698(BD/X1)+0.129(KT/X2)+0.454(pH/X3)+
0.017(KAL/X4)+0.012(TDI.Al/X5)+0.017(TDI.Tt.X6)+
0.082(TID.Hw/X7)
R. Square number on Model Summaryb output is 0,57.

The similarity of regression of varibels provided contribution to GH infection prevalance on the population of Ambon islands can be seen as follows

Y (Prev.GH)= 0.012(Const)+0.850(TEL/X1)+0.29(AKTV/X2)+0.862(LR/X3)+
1.214(Br.H/X4)+0.376(CT/X5)+ 0.084(MPT/X6).

R square number on output Model Summaryb is 0.96

4. The spatial distribution map of GH eco-epidemiologic conditions (risk factor), GH, population dynamic on the soil based on the land unit, as well as GH prevalence on rural population based on land unit of Ambon islands



Key Words: eco-epidemiology, GH population dynamics, prevalence

Istilah dan Definisi Land (Lahan)

Oleh: Melianus Salakory


Land.

Menurut Whittow dalam Sutikno dan Sunarto (1994) (Geologi, Bahan Kursus Evaluasi Sumberdaya Lahan ). Lahan adalah daerah di permukaan bumi yang meliputi parameter-parameter bumi yang meliputi parametr-parameter geologi, endapan permukaan, topografi, hidrologi, tanah, flora dan fauna yang secara bersama-sama dengan hasil kegiatan manusia baik masa masa lampau maupun masa sekarang yang akan mempengaruhi terhadap penggunaan saat kini maupun yang akan dating.

Land Evaluation

FAO (1976) menjelaskan evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman (Performance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survey dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin untuk dikembangkan.

Landform

Menurut Zuidam dan Zuidam Cancelado (1979) bahwa bentuk lahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh proses alami yang mempunyai komposisi tertentu dengan julat karakterisitik fisik dan visual dimanapun bentuk lahan itu dijumpai. Bentuk lahan dikelompokan berdasarkan persamaan penciri atau sifatnya agar mudah dibedakan antara satu dengan yang lainnya.

Landscape

Menurut Suratman Woro (2004) Landscape (bentang lahan) adalah sebagian ruang di permukaan bumi yang terdiri dari system-sistem yang dibentuk oleh interaksi dan interdepensi antara bentuklahan (landform), batuan, bahan pelapukan batuan, tanah, air, udara, tetumbuhan, hewan laut tepi pantai, energi dan manusia yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan.

Land Use

Menurut Lindgren (1985) (Land Use Planning and Remote Sensing). Penggunaan lahan adalah semua jenis penggunaan sumber daya lahan oleh manusia baik untuk pertanian, lapangan olah raga, rumah mukim serta kegiatan lain sepanjang masih ada keterkaitannya dengan lahan.

Landcover

Menurut Suratman Woro (2004) Penutup Lahan merupakan penunjuk keterkaitan aktivitas manusia terhadap suatu bagian lahan

Landslide

Menurut Suprapto Dibyosaputro (1995), longsor lahan adalah proses perpindahan massa tanah/batuan dengan arah miring dari kedudukan semula (terpisah dari massa aslinya yang relative mantap) karena pengaruh gravitasi

Land Suitanable

Mangunsukarjo (1985) (Inventarisasi Sumberdaya Lahan di Daerah Aliran Sungai Serayu dengan Tinjauan Geomorfologis). Kesesuaian Lahan adalah keadaan tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu, tergantung karakteristik dan sifat lahan.

Land Settlement

Menurut Bintarto, (1977), Pengantar Geografi Kota. Lahan Permukiman adalah daerah tempat penduduk berkumpul dan hidup bersama dan menggunakan lingkungan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya.

Land Suitanable Classification

FAO, 1976 menjelaskan klasifikasi kesesuaian lahan adalah suatu penilaian dan pengelompokan lahan yang mempunyai tipe khusus dalam kesesuaiannya secara mutlak atau relative untuk suatu jenis penggunaan tertentu.

Land Capability

Menurut Tejoyuwono Notohadiprawiro (1992) kemampuan lahan adalah harkat lahan yang ditetapkan menurut macam pengelolaan atau syarat pengelolaan yang diperlukan berkenaan dengan pengendalian bahaya degradasi atau penekanan resiko kerusakan lahan selama penggunaannya untuk suatu maksud tertentu atau berkenaan dengan pemulihan lahan yang telah menunjukan gejala-gejala degradasi.

Land Capability Classification

Menurut Sitorus (1998) adalah pengelompokan lahan ke dalam satuan-satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan intensif dan perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan secara terus menerus

Land Unit

Menurut FAO (1976), land unit adalah suatu area dari lahan yang dapat ditentukan batasnya pada peta dan mempunyai karakterisitik lahan dan kualitas lahan tertentu.

Land System

Menurut Sitorus (1998) system lahan adalah area yang mempunyai pola yang berulang dari topografi, tanah dan vegetasi

Land Qualities

Menurut Santun Sitorus (1988) Evaluasi Sumberdaya Lahan,

Kualitas lahan adalah sifat kompleks atau sifat komposit yang sesuai untuk suatu penggunaan, yang mana ditentukan oleh seperangkat karakteristik lahan yang berinteraksi.

Land Limitation

Santun, 1985) pembatas lahan adalah Suatu gambaran kualitas lahan atau karakterisitik lahan yang tidak atau hamper tidak dapat memenuhi poeryaratan untuk suatu penggunaan tertentu