“Menelusuri Situs Sejarah Portugis di Desa Passo Sebagai Upaya Pengembangan Pariwisata Kota Ambon”
Oleh: Valda Amanda Salakory, Tesalonica Risakotta, Popi Adrianz*
(* SMA Negeri 5 Ambon)
BAB. I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Portugis adalah bangsa Eropa yang pertama kali berhasil menembus Kepulauan Rempah-rempah. Kisah penjelajahan mereka berawal dari minat mereka terhadap komoditas rempah-rempah. Secara umum orang Eropa sudah lama mengenal rempah-rempah, tetapi informasi asal-usul rempah-rempah tidak pernah diketahui. Orang Portugis termasuk yang penasaran dengan asal-usul itu. Mereka sudah lama memiliki keinginan untuk mencari asal-usul rempah-rempah.
Setelah itu, ekspedisi pertama untuk mencari rempah-rempah dilakukan tahun 1488 oleh Bartolomeus Dias. Pada tahun itu ia berhasil menjangkau Tanjung Harapan, Afrika. Setelah itu dilanjutkan oleh Vasco da Gama yang membuka jalan menuju India tahun 1498. Hingga kemudian armada yang dipimpin Alfonso de Albuquerque berhasil mendarat di Malaka.
Dari penjelajahan bangsa Portugis, banyak peninggalan kebudayaan Portugis dalam hal pangan dan pertanian yang masih dikenal di berbagai tempat di dunia hingga sekarang (Kompas, Jumat, 29 Agustus 2008 | 03:00 WIB). Selain itu, setidaknya ada peninggalan seperti cara berkebun (menanam bunga di pekarangan), makanan (serikaya, bika, ketela, pastel), cara pengawetan makanan (acar), dan alat-alat rumah tangga seperti garpu.
Salah satu ciri kehadiran Portugis di Baguala ditandai dari ”benteng” dan cannal pas baguala yang dikerjakan dengan bantuan masyarakat pribumi. Benteng tersebut walaupun merupakan benteng peninggalan portugis tetapi sejalan dengan hengkangnya portugis dan diganti oleh Belanda, maka benteng tersebut beberapa kali telah dipugar dan diberi nama Middelburg pada abad ke-17, yang mengingatkan kita pada Middelburg di negeri kincir angin. Dan pada kondisi kini, benteng tersebut tinggal puing-puing sebab tidak terurus padahal riwayat benteng ini sangat memiliki makna pada masanya oleh karena secara strategis terletak pada pintu masuk ke kota Ambon dan dipergunakan oleh 2 kepentingan penguasa yang pernah menjajah kita yaitu bangsa Portugis dan Belanda. Hal yang sama juga terjadi pada cannal pas baguala yang pada awalnya akan diperuntukan sebagai jalur transportasi laut (kapal dan kora-kora) yang menghubungkan Teluk Dalam dengan Teluk Baguala, walaupun pada akhirnya proyek tersebut tidak diteruskan.
Sementara pada sisi lainnya, dalam kerangka pembangunan nasional, pemerintah sementara berjuang untuk mengoptimalkan semua sumber daya pembangunan yang ada, demi pencapaain peningkatan nilai hidup sebagai manusia. Di Propinsi Maluku dengan Kota Ambon sebagai sentral ekonominya, salah satu sektor yang dihandalkan adalah sektor pariwisata. Pembangunan industri pariwisata diarahkan pada pengadaan objek dan atraksi alam disamping sedikit saja wisata budayanya. Konsentrasi tersebut sejalan dengan kondisi geografis dan kondisi geologis Maluku yang tidak mungkin dapat ditemukan di tempat lain di dunia sehingga sebutan sebagai “Spece island” memang sudah sejak lama dikenal. Istilah tersebut muncul sebab Maluku memiliki karakter tersendiri yang unik dan handal baik dari segi lingkungan fisik alamnya, maupun lingkungan sosial budayanya. Dari segi lingkungan fisik misalnya, sebutan “Spece island” sebab 2/3 wilayahnya adalah laut yang menghubungkan gugusan pulau mulai dari ujung Halmahera di Utara sampai ke Tenggara jauh di bagian selatan. Pulau-pulau tersebut secara geologis tersembul dari kedalaman laut Maluku, laut Seram, dan laut Banda. Dengan begitu, tidak diragukan lagi panorama bawah laut yang dapat disajikan bagi kegiatan “diving” adalah sangat menakjubkan. Sebagian wisatawan mancanegara selalu menyebut Maluku adalah negeri impian sebab panorama pantainya yang indah. Untuk Ambon sendiri, memiliki karakter khusus yaitu selalu ditutupi kabut (mist = kamukamu, menurut bahasa setempat ) pada pagi dan sore hari sehingga dari sana muncul nama “Ambon” yang artinya “embun” (mengalami penyesuaian sebutan menurut lidah orang Eropa), jadi Ambon artinya pulau berembun, pulau yang selalu ditutupi kabut di padi dan siang hari menjelang sore..
Sejalan dengan era global dan pasar bebas apalagi kini muncul krisis financial global yang berdampak multidimensi, sudah selayaknya pengembangan industri pariwisata yang selama ini menjadi sektor handalan penyedia PAD perlu diarahkan pada inventarisasi dan pengembangan objek dan atraksi pariwisata lainnya selain atraksi wisata alam dan budaya yang sudah dikembangkan.
Mansyur (2008), yang menulis tentang Pengelolaan Sumber Daya Arkeologi Untuk Pariwisata Berkelanjutan yang menampilkan sebuah hasil inventarisasi benteng kolonial di pulau Ambon, secara jujur mengilhami peneliti melakukan penelitian ini.
Disadari sungguh bahwa agar dapat memanfaatkan situs sejarah Portugis di Desa Passo yang dalam hal ini benteng Middelburg dan Cannal Pas Baguala untuk tujuan wisata, maka perlu dilakukan suatu kajian komprehensif yang mengacu pada manajemen sumber daya arkeologi. Dengan demikian maka peneliti ingin melakukan satu penelitian komprehensif dengan judul: “Menelusuri Situs Sejarah Portugis di Desa Passo Sebagai Upaya Pengembangan Pariwisata Kota Ambon”
B.Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.Apakah situs sejarah portugis di desa passo dapat dikembangkan sebagai sumberdaya pariwisata sejarah dikota ambon.
2.Bagaimana upaya pengembangannya.
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
1.Ingin mengetahui situs sejarah portugis di desa passo yang dapat dikembangkan sebagai sumberdaya pariwisata sejarah dikota Ambon.
2.Ingin megetahui bagaimana upaya pengembangannya.
D.Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
1.Bagi pembaca hasil penelitian dapat menambah wawasan pengetahuan menyangkut konsep arkeologi, pariwisata, sosial dan budaya
2.Sebagai masukan bagi pemerintah agar dapat mengetahui bagaimana mengembangkan pariwisata sejarah di Maluku-Ambon dengan memanfaatkan sumberdaya arkeologi yang ada.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A.Sejarah Portugis di Maluku/Ambon
Portugis adalah bangsa Eropa yang pertama kali berhasil menembus Kepulauan Rempah-rempah. Mereka berhasil menundukkan Malaka sebagai gerbang menuju kepulauan itu pada tahun 1511. Kemudian mereka berlayar ke timur hingga mencapai Maluku. Armada Portugis memiliki strategi pangan sehingga mereka bisa bertahan di permukiman yang didirikan di berbagai tempat yang jauh dari negeri asalnya.
Kisah penjelajahan mereka berawal dari minat mereka terhadap komoditas rempah-rempah. Secara umum orang Eropa sudah lama mengenal rempah-rempah, tetapi informasi asal-usul rempah-rempah tidak pernah diketahui. Orang Portugis termasuk yang penasaran dengan asal-usul itu. Mereka sudah lama memiliki keinginan untuk mencari asal-usul rempah-rempah.
Pada saat yang sama sekitar abad ke-15 motif-motif untuk menguasai wilayah terbentuk ketika Portugis melakukan kolonisasi di beberapa tempat di Laut Atlantik. Dari penguasaan itu mereka menyadari bahwa keuntungan besar bisa didapat bila mereka bisa menguasai suatu wilayah.
Setelah itu, ekspedisi pertama untuk mencari rempah-rempah dilakukan tahun 1488 oleh Bartolomeus Dias. Pada tahun itu ia berhasil menjangkau Tanjung Harapan, Afrika. Setelah itu dilanjutkan oleh Vasco da Gama yang membuka jalan menuju India tahun 1498. Hingga kemudian armada yang dipimpin Alfonso de Albuquerque berhasil mendarat di Malaka.
Wartawan Surat Kabar Kompas, Agung Setyahadi, menulis bahwa bangsa Portugis pernah menduduki Kerajaan Ternate di Maluku Utara. Dari penjelajahan bangsa Portugis, banyak peninggalan kebudayaan Portugis dalam hal pangan dan pertanian yang masih dikenal di berbagai tempat di dunia hingga sekarang (Kompas, Jumat, 29 Agustus 2008 | 03:00 WIB). Dikutip juga oleh Setyahadi (2008) dari sebuah publikasi yang ditulis oleh Eduardo Bueno (2001) bahwa, dalam setiap pelayaran, pasukan dibekali dengan sejumlah makanan. Di kapal, awak kapal akan menyediakan 15 kg daging bergaram, bawang, vinegar, dan minyak zaitun untuk keperluan setiap anggota pasukan selama sebulan. Kapten kapal mendapat tambahan daging ayam dan domba untuk meningkatkan nilai gizi ransum. Bila bertepatan dengan masa puasa atau masa berpantang, mereka mendapat tambahan makanan, yaitu beras serta ikan atau keju untuk menggantikan daging sapi. Dalam tradisi Katolik, masa puasa dan berpantang dilakukan 40 hari sebelum hari raya Paskah. Anggur dan air disediakan setiap pagi. Satu orang mendapat 1,4 liter anggur. Air juga diberikan dalam jumlah yang sama. Air digunakan untuk minum dan memasak. Air disimpan dalam tangki kayu. Pasokan yang komplet itu diberikan hanya untuk sebulan pelayaran. Setelah itu kualitas ransum menurun. Selanjutnya mereka mengonsumsi ransum yang disebut ”sailing cookie” yang terdiri atas roti kering bergaram. Meski ada upaya pengawetan, makanan ini rusak dan berbau busuk karena kecoak. Sudah bisa dipastikan mereka akan mengalami defisiensi asupan makanan bergizi. Masalah ini ditambah dengan kualitas air yang disimpan di tangki kayu yang menyebabkan air mudah tercemar sehingga menyebarkan penyakit diare dan infeksi. Akibatnya, banyak anggota pasukan yang meninggal dalam perjalanan.
Semisal armada Vasco da Gama yang ketika berangkat beranggotakan 160 orang, tetapi sebanyak 100 orang di antaranya meninggal dunia karena seriawan. (Penyakit ini mulai terpecahkan tahun 1601 oleh armada Inggris ketika Kapten James Lancester yang memimpin konvoi terdiri atas empat kapal menuju India. Ia bereksperimen memberi jeruk untuk pasukan di salah satu kapal. Mereka yang mengonsumsi jeruk sehat walafiat, tetapi pasukan di tiga kapal lainnya yang tidak mengonsumsi jeruk hampir separonya meninggal dunia)
Sejak awal armada Portugis menyadari masalah pangan ini. Akan tetapi, mereka belum bisa menemukan cara agar pasukannya bisa mendapat pasokan makanan yang baik. Bertahun-tahun armada yang dikirim selalu pulang dengan tidak komplet.
Meski belum mendapat cara untuk mengawetkan makanan di kapal, mereka membuat strategi pasokan pangan agar bisa bertahan hidup di berbagai tempat. Setelah bertahun-tahun berpengalaman melayari lautan luas yang jauh dari negerinya, mereka membuat cara agar pasukan Portugis tidak kehabisan pangan. Setidaknya mereka bisa mendapatkan pasokan pangan itu di sejumlah pos perhentian.
Di dalam buku Bunga Angin, Portugis di Nusantara karya Paramita R Abdurcahman (2008), disebutkan adanya keputusan Raja Portugis tertanggal 15 Maret 1518 yang memberikan insentif khusus bagi casado (anggota pasukan Portugis yang menikah dan meninggalkan pengabdiannya dalam pelayaran) untuk tinggal dan bercocok tanam di tanah baru yang ditempatinya. Sejak awal mereka juga didorong untuk menikah dengan wanita pribumi. Mereka juga didorong untuk menanam komoditas yang bisa diperdagangkan dan juga makanan pokok yang dibutuhkan oleh pasukan. Harapannya, mereka bisa membantu pasukan Portugis yang melakukan pelayaran di berbagai tempat. Mereka umumnya tidak tinggal jauh dengan benteng atau komunitas Portugis lainnya. Mereka memasok pangan untuk mereka. Dengan cara demikian, bila pasukan Portugis diisolasi oleh musuh, mereka masih memiliki pasokan makanan. Untuk itu, Portugis sangat mempertimbangkan lokasi-lokasi yang layak untuk tempat tinggal ataupun tempat untuk perhentian. Semisal beberapa tempat di Flores dipilih karena di tempat itu dilaporkan banyak bahan makanan, seperti padi, kacang-kacangan, kambing, dan madu. Meski demikian, pemilihan ini tak mudah dan kadang pula salah pilih. Salah satu tempat di Flores, yaitu Larantuka, dinilai oleh Portugis mampu menyediakan pangan, tetapi Belanda yang kemudian datang menilai tanah di tempat itu tidak subur.
Untuk memperkaya jenis-jenis pangan di daerah jajahannya, pada masa berikutnya, orang-orang Portugis juga membawa berbagai jenis bibit dan tanaman yang didapat dari sebuah negeri yang berhasil ditaklukkan, baik di Asia maupun di Amerika, untuk ditanam di negeri lainnya yang belum memiliki komoditas itu. Kedatangan orang Portugis yang dipimpin Antonio Galvao juga membawa sejumlah tanaman, seperti anggur, tomat, avokad, dan ketela, untuk ditanam di Maluku (1536-1539). Sumber pangan ini disebutkan meningkatkan kualitas diet orang Maluku yang sebelumnya dinilai buruk.
Strategi pangan itu setidaknya berhasil menyelamatkan pasukan Portugis di Ambon yang dipimpin oleh Jurdao de Freitas (sekitar tahun 1545). Mereka sempat tidak bisa mendapat pasokan pangan dari luar ketika terjadi perselisihan dengan penduduk setempat. Mereka bisa bertahan hidup karena di sekitar benteng masih ada sumber pangan.
Dari penjelajahan bangsa Portugis, banyak peninggalan kebudayaan Portugis dalam hal pangan dan pertanian yang masih dikenal di berbagai tempat di dunia hingga sekarang. Di Indonesia setidaknya ada peninggalan seperti cara berkebun (menanam bunga di pekarangan), makanan (serikaya, bika, ketela, pastel), cara pengawetan makanan (acar), dan alat-alat rumah tangga seperti garpu dan ini sudah dianggap sebagai kebudayaan orang Maluku-Ambon.
Sementara itu, kedatangan orang-orang Portugis ke berbagai tempat juga membuat mereka mengenal berbagai sumber pangan yang selama ini tidak dikenal di Portugis. Salah satu yang kemudian terkenal adalah durian. Pasukan Portugis juga mencatat berbagai sumber pangan, cara memasak, dan juga mendiskripsikan rasanya. Berbagai sumber pangan ini, terutama rempah-rempah, memengaruhi kuliner bangsa Portugis yang ada hingga sekarang.
B.Pengembangan Pariwisata Kota Ambon
Dalam pembangunan nasional, pemerintah telah bertekad menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu andalan dalam meningkatkan devisa bagi Negara.Sejalan dengan tekad tersebut sektor pariwisata didorong agar dapat berhasil secara optimal sebagaimana yang diharapkan demi pencapaian kemanfaatannya bagi seluruh rakyat indonesia.Dengan demikian sektor diarahkan untuk :
1.menciptakan dan memperluas lapangan kerja
2.Menciptakan dan memperluas lapangan usaha
3.Mengkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah
4.Mendorong pelestarian lingkungan hidup
5.Mendorong dan melestarikan serta mengembangkan budaya bangsa
6.Mendorong peningkatan keamanan dan ketertiban masyarakat
7.Mendorong peningkatan bidang pembangunan sektor lainnya
8.Memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa bangsa serta menumbuhkan rasa cinta tanah air
9.Mendorong pembangunan daerah
Dari tujuan di atas terlihat bahwa usaha pembangunan wisata meliputi 3 aspek utama yaitu:
1.Menyangkut hal-hal yang bersifat pragmatis.
2.Menyangkut hal-hal yang bersifat ideal seperti memperkenalkan alam dan budaya bangsa,memupuk rasa cinta tanah air dan menanamkan jiwa dan semangat UUD 1945
3.Menyangkut masalah mutu pelayanan
Peters dan Soekadija (1996), menyatakan bahwa keuntungan yang dapat diperoleh dari pembangunan bidang pariwisata adalah
1.Menyumbang kepada neraca pembayaran sebagai penghasil valuta keras
2.Menyebarkan pembangunan ke daerah non industri
3.Menciptakan kesempatan kerja
4.Dampak kepada pembangunan ekonomi pada umumnya melalui dampak pergandaan
5.Keuntungan sosial yang timbul karena perhatian rakyat pada umumnya terhadap masalah dunia bertambah luas dan karena adanya pemahaman baru tentang orang asing dan selera asing.
Maluku memang sejak lama sudah dikenal sebagai ”spece island”, sebab 2/3 wilayahnya adalah laut yang menghubungkan gugusan pulau mulai dari ujung Halmahera utara sampai ke tenggara jauh bagian selatan.Pulau-pulau tersebut secara geologis tersembul dari kedalaman laut maluku ,laut seram,dan laut banda.Dengan begitu, tidak diragukan lagi panorama laut yang dapat disajikan bagi kegiatan ”diving” adalah sangat menakjubkan.Sebagian wisatawan mancanegara selalu menyebut Maluku adalah negeri impian sebab panorama pantainya yang indah.Hamparan pasir putih disepanjang pantai,lambaian nyiur dan hempasan air laut pada permukaan karang yang seakan membentengi pantai dari ganasnya gelombang laut banda di waktu bertiupnya angin musim juga memiliki pesona tersendiri disebuah pulau impian.
Hamparan pasir putih di sepanjang pantai, lambaian nyiur, dan hempasan air laut pada permukaan karang yang seakan membentengi pantai dari ganasnya gelombang laut Banda di waktu bertiupnya angin musim juga memiliki pesona tersendiri dari sebuah pulau impian.
Desa-desa adat dengan masyarakatnya yang menjungjung tinggi tradisi dan adat istiadat juga layak dijadikan komoditi industri pariwisata. Sebagai suatu masyarakat adat, perpaduan antara unsur sacral dan budayapun sangat patut dipromosikan sebagai salah satu atraksi wisata. Dan ini tumbuh subur di kalangan masyarakat Maluku – Ambon, khususnya pada waktu-waktu tertentu seperti; hari raya tujuh hari (hari ke tujuh setelah hari Idusfiltri), pada saat pelantikan raja, pada saat panas pela, dll.
Dari semua potensi wisata yang ada itulah, selama ini Pemda Maluku khususnya Kotamadya Ambon mengandalkan PAD-nya dalam sektor ini.
Pengembangan sektor ini, mau tidak mau mesti berimbas pada sektor jasa yang turut terdongkrak pula. Pelayanan jasa di bidang pariwisata dapat dicapai dalam segmen transportasi dan akomodasi, perbelanjaan dan perdagangan, keamanan dan kenyamanan, promosi, dll.
Optimalisasi pengembangan segmen ini, disadari sungguh dipengaruhi oleh kondisi daerah setempat, terutama kondisi keamanan dan instalasi politik nasional maupun di daerah.
Sejak tahun 1999, kita tahu bersama bahwa daerah Maluku – Ambon dilanda tragedi kemanusiaan yang cukup menyengsarakan. Berbagai sektor pembangunan tidak dapat berjalan, termasuk sektor pariwisata. Sehingga banyak ahli berpandangan bahwa recovery pembangunan ekonomi di Maluku – Ambon pasca konflik membutuhkan banyak sekali dana, tenaga, waktu, pikir dan karsa yang validitasnya tinggi. Signifikansi antara ketepatan strategi yang dipergunakan dengan tingkat kunjungan menurut saya dipengaruhi pula oleh validitas data yang diperoleh, ketepatan menganalisa data yang diperoleh, dan kemampuan menentukan kebijakan pengembangan kepariwisataan yang dapat menjawab kompleksitas permasalahan yang muncul.
Di sini dibutuhkan sumber daya ilmiah (mereka yang konsern terhadap kajian-kajian ilmiah) yang mampu memberikan informasi kepada Pemerintah Kota Ambon khususnya Dinas Pariwisata Daerah.
BAB.III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Passo Kecamatan Teluk Ambon Baguala Kota Ambon
B.Waktu
Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan
C.Subjek Penelitian
Sebagai subjek penelitian adalah situs portugis di Desa Passo yang dalam hal ini adalah Benteng Middelburg dan Cannal Pas Baguala.
D.Responden
Sebagai responden atau orang yang diwawancarai untuk mendapatkan data tentang situs portugis di Desa Passo dan upaya pengembangannya sebagai objek dan atraksi wisata sejarah adalah
1.Staf Bidang Musjarla Kanwil Depdiknas Provinsi Maluku, sebanyak 1 orang
2.Raja Negeri Passo, yang dalam hal ini bapak Sekretaris Negeri Passo
3.Tetua Negeri Passo, yang dalam hal ini adalah bapak Eddy Parera sebagai salah satu Saniri Negeri Passo.
4.Staf Dinas Pariwisata Kota Ambon
E.Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data di lapangan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagaimana berikut:
1.Teknik Dokumenter
Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data berupa dokumen-dokumen seperti skesta benteng saman dahulu, dan data kepariwisataan.
2.Teknik Observasi
Teknik ini dimaksudkan dengan peneliti melakukan pengamatan terhadap fisik benteng, lokasi sekitar benteng, cannal pas baguala, lokasi sekitar kanal. Alat yang dipergunakan dalam melakukan observasi adalah camera foto, dan lembar observasi.
3.Teknik Wawancara
Teknik ini digunakan dengan peneliti melakukan wawancara terhadap responden. Alat yang dipergunakan dalam melakukan wawancara adalah kuesioner, dan alat perekam suara.
F.Teknik Analisa Data
Data yang terkumpul kemudian dianalisa secara deskriptif (menceriterakan apa yang di amati, didengar, dan dibaca).Penarikan kesimpulan mempergunakan pendekatan deduktif dan induktif.
BAB.IV
HASIL PENELITIAN
A.Situs Sejarah Portugis di Desa Passo
Pada periode generasi sekarang banyak sekali informasi yang hilang sehingga dibutuhkan sejarahwan untuk sejarah portugis. Kebutuhan itu kian mendesak sehingga info negeri Passo masih tetap misterius. Dari karya Antonio Boccaro, Baquaela (baguala) disebut-sebut pada dua pemerintahan pertama Gubernur Lanchio Wass Consello vos Consellos dan Gonsalvo Pareira. Artinya pada masa tersebut masyarakat arkhais Baguala telah bersentuhan dengan bangsa Portugis.
Salah satu ciri kehadiran Portugis di Baguala ditandai dari ”benteng” yang dikerjakan dengan bantuan masyarakat pribumi. Benteng dan kapel didalamnya menggambarkan kehadiran kekristenan disana. Namun secara teologis, jawaban masyarakat pribumi Baguala terhadap panggilan Tuhan sekaligus mengawali kekristenan bercorak Katolik Roma baru terjadi ketika orang Baguala pertama dari marga Simau yang bernama Antonij ( nama baptis ). Nama berciri Portugis ( antonij ) dan strategi ( policy ) Portugis merangkum setiap kepala suku merupakan indikator kekristenan umumnya. Namun jawaban masyarakat terhadap panggilan Tuhan baru terjadi setelah Franciscus Xaverius mendatangi Ambon tahun 1546. Diduga semasa Xaverius terjadi pembaptisan terhadap kepala suku itu. Moment pembaptisan perdana itu pada gilirannya mengawali kebangkitan marga Simau dan masyarakatnya dalam menoreh sejarah umum dan meretas sejarah kekristenan di negeri Baguala Passo.
Namun disamping itu, Portugis memiliki strategi lain yaitu mendirikan sekolah disekitar benteng yang berfungsi untuk pendidikan dan penkristenan, yang pada gilirannya pun kemudian merubah pola kehidupan masyarakat.
Menurut Memorie Jasper Jansz, tanggal 25 Juni 1614, ketika itu Passo diperintahi oleh d’overste Antonij Simau dengan sumber daya manusia sekitar 30 orang tua dan
anak-anak, belum terhitung lainnya dalam jumlah kecil yang diwajibkan berdomisili di sekitar kastel ( benteng ). Beliau raja Passo yang pertama, satu diantara 14 raja di pulau Ambon,yang dikukuhkan oleh Gubernur Block menjadi anggota Groot Landraad
( Dewan Latu Pati ) pada tahun 1917 usai Kapitan Hitu Tepil meraih sukses diplomasi menyikapi Landraad pada tahun 1615 bentukan Block. Bukti itu dipertegas dalam Memory Adrian Block Martensz tanggal 4 Juli 1617.
Pemerintahan Antonij Simau diteruskan oleh Dominggus Simau yang merupakan orang kaya Simau Baguala. Seperti Antonij, Dominggus pun adalah nama baptis khas Portugis yang disandangnya. Baguala-Passo ibarat two in one dimension. Baguala merujuk pada nama negeri “Baguala” yang oleh Portugis disebut BAQUAELA. Passo dalam bahasa Portugis berarti: langkah (step, gait), surat jalan (pass), jalan terusan (passageway). Seluruh aktifitas masyarakat Passo pada saat itu dikendalikan dari benteng buatan Portugis yang punya sejarah sendiri.
Sepeninggal Portugis dari Passo, benteng tidak lagi terurus. Puing-puingnya pertama kali didata pada masa Jan van Gorkum pada tahun 1625-1628. Diperkirakan ada 4 bagian,1 sersan, dan 4 soldadu. Benteng direnovasi dan dibangun kembali oleh Ingenieur Von Wagner. Namun diawal abad ke-19, benteng ini benar-benar punah. Pada abad ke-20, tepatnya pada tahun 1921, peninggalan sejarah ini dipindahkan ke Kantor Residen di Ambon. Pemugaran berikut terjadi pada masa Robertus Padbrugge yang sebelumnya menjadi Gubernur di Ternate pada tahun 1677 – 1682. Pemerintahannya berlangsung ketika pembagian wilayah Ambon di petakan untuk rentang waktu (1671-1695 ). Passo merupakan satu dari 13 negeri lain dalam regio Zuidoost-Hitu ( hitu tenggara ). Pada massanya benteng dipugar atau dibangun sekaligus diberi nama Middelburg. Pada prasasti benteng Middleburg terukir untaian kata; De Eersten Steen gelegt; Door; Johannes van Vliet; Neve van Den Governeur; Robertus Padbrugge; Den 17de October; Å 1686. Peletakan batu pertama Mddelburg dilakukan pada tanggal 17 Oktober 1686 oleh Johannes van Vliet dan Gubernur Robertus Padbrugge. Benteng peninggalan portugis itu baru diberi nama Middelburg pada abad ke-17, yang mengingatkan kita pada Middelburg di negeri kincir angin. Gambar.1. memperlihatkan steksa benteng middelburg pada masa jayanya sebagai pos masuk (pas baguala) ke kota Ambon. Gambar ini diperoleh dari keluarga Bapak Eddy Parera salah satu narasumber dalam penelitian ini.
Gambar.1. Sketsa Benteng Middelburg dengan Bagian Depan Pelabuhan Passo
Pada masa sekarang, lokasi benteng ini berada di belakang pertigaan ruas jalan raya yang menghubungkan Passo-Natsepa dan Passo-Laha. Saat ini benteng berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, yang harus melewati halaman rumah penduduk jika hendak menuju ke benteng, baik dari arah depan, maupun belakang sehingga sulit melihat sisi benteng dari arah jalan raya.
Kondisi benteng telah rusak berat. Sisa struktur yang ada hanya 2 sisi benteng setinggi ± 5-6 meter, yaitu dinding timur dan barat. Pada dinding timur terdapat 3 buah jendela yang merupakan tempat letaknya meriam. Dinding utara dan selatan hanya tersisa bagian pondasi saja. Denah dasar benteng adalah segi empat, ukuran bagian dalam ± 10 x 10 meter. Berikut ditampilkan gambaran dan deskripsi fisik benteng middelbug dan cannal pas baguala dalam kondisi sekarang.
![]() | ||||||
![]() | ||||||
Dinding benteng tersusun dari batu bata merah, kapur, dan dicampur dengan putih telur sebagai bahan perekat, dengan ketebalan ± 1-2 meter. Dari sisa struktur yang ada memperhatikan bentuk bangunan yang sama dengan benteng Amsterdam di Hila yaitu berupa ”Blokhuis”. Titik lokasi benteng berada pada daratan sempit yang diapit oleh Teluk Dalam dan Teluk Baguala.
Benteng ini menjadi pusat pengawasan aktifitas yang menghubungkan dua wilayah yakni Jazirah Leihitu dan Jazirah Leitimur. Kedua teluk itu dihubungkan oleh kanal yang sekaligus menjadi akses menuju benteng. Sekarang ini kanal tersebut masih ada dan berada di sisi jalan yang menghubungkan Passo-Natsepa, meski yang tersisa sudah tidak menghubungkan kedua teluk. Pengamatan gambar juga memperlihatkan bahwa dulunya lokasi benteng berada dekat dengan garis pantai dan saat ini karena proses pengendapan, garis pantai kini berjarak ± 400 meter dari lokasi benteng.
B. Prospek Pengembangan Pariwisata Sejarah di Maluku-Ambon
Setelah kolaps selama hampir 6 tahun akibat konflik sosial, maka sejak tahun 2006 Provinsi Maluku menunjukkan situasi kondusif sehingga arus wisatawan yang datang ke Maluku mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah wisatawan yang datang pada tahun 2006 mencapai 3396 orang, jika dibandingkan dengan tahun 2005 hanya 1984 orang. Berikut dikutip jumlah wisatawan yang datang ke Maluku sebagaimana dilansir Maluku Dalam Angka Tahun 2007.
Tabel.1. Wisatawan Asing Yang Datang Ke Maluku Menurut Kebangsaan
Foreign Tourists Who Visited Maluku, by Nationality
2002 - 2006
Kebangsaan Nationality
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
(1)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
I. ASEAN
|
23
|
58
|
92
|
86
|
77
|
II. Asia Lainnya
|
123
|
186
|
416
|
268
|
223
|
Rest of Asia
| |||||
1. Jepang
|
15
|
50
|
112
|
69
|
90
|
Japanese
| |||||
2. Korea
|
78
|
90
|
133
|
114
|
72
|
Korea
| |||||
3. Taiwan
|
15
|
7
|
16
|
15
|
17
|
Taiwanese
| |||||
4. Hongkong/RRC
|
15
|
39
|
155
|
70
|
44
|
III. Australia
|
17
|
75
|
149
|
52
|
64
|
Lanjutan Tabel
| |||||
Continued Table 9.2.1
| |||||
Kebangsaan Nationality
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
IV. Amerika
|
73
|
102
|
232
|
101
|
153
|
V. Eropa
|
392
|
814
|
1 095
|
1 641
|
2 879
|
Europe
| |||||
Belanda
|
256
|
507
|
766
|
1 307
|
2 528
|
Netherlands
| |||||
Jumlah / Total
|
370
|
628
|
1 235
|
1 984
|
3 396
|
Sumber/Source :
|
Dinas Pariwisata Provinsi Maluku/Regional Service of Art in the
| ||||
Province of Maluku
|
Catatan:kutipan angka angka tidak secara keseluruhan
Dari tabel.1. terlihat bahwa, tingkat kunjungan wisman terutama dari bangsa Eropa yang menunjukkan arah peningkatan dari tahun ke tahun tersebut, menurut peneliti perlu menjadi perhatian khusus pemerintah, perusahaan jasa (swasta), dan usaha kecil lainnya dalam mengembangkan pariwisata di provinsi ini dengan kebijakan pengembangan; menggali dan memanfaatkan potensi sumber daya pariwisata yang erat terkait socio-culture dan moral dan psikologis dengan bangsa Eropa di masa lalu.
Wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Ambon selama 10 tahun terakhir (1991 – 2000), mengalami fuktuasi dengan puncak kunjungan yaitu pada tahun 1997 seperti tergambar dalam diagram.2 pada halaman 18. Inipun dapat dipahami sebagian dari dampak krismon yang melanda seluruh wilayah Indonesia terutama di kota-kota besar sejak tahun 1998.
Dengan demikian, sudah dapat dipastikan bahwa mereka (wisatawan nusantara) akan lebih memilih tempat-tempat wisata yang tidak memerlukan biaya besar. Dibandingkan dengan wisatawan mancanegara, wisatawan nusantara lebih terkait dengan masalah pekerjaan (lokakarya, seminar, survey, dll).
Kunjungan wisatawan mancanegara, menurut peneliti sangat terkait dengan nilai-nilai histories dan budaya. Wisatawan dari negara kanguru (Australia) dan dari Belanda-lah yang tertinggi kunjungannya. Australia secara geografis memang merupkan negara tetangga. Australia juga mempunyai monument-monumen masa lalu ( di Tantui dan Batu Gantung) yang secara rutin dikunjungi terkait dengan acara-acara kenegaraan di negaranya.
Jepang sebagai salah satu negara yang pernah menjajah Indonesia, memiliki kepentingan ekonomi di Maluku. Wisatawan Jepang yang datang ke Maluku-Ambon lebih terkait dengan masalah kerja sama di bidang ekonomi dan industri. Pengelolaan sumber daya darat lautan lebih banyak diserahkan kepercayaannya kepada pemerintah jepang.
Belanda yang pernah menjajah Indonesia secara culture dan religius sangat dekat dengan Maluku – Ambon, apalagi sebagian komunitas orang Maluku – Ambon pun merupakan bagian dari warga negarany6a di negeri Belanda. Mereka-mereka ini juga secara rutin pulang ke kampung halamannya menjenguk sanak keluarga di Ambon. Sudah barang tentu secara tidak langsung promosi keindahan dan keunikan Maluku-Ambon di negeri Belanda dapat terjadi dengan sendirinya. Kawin campur yang telah dilakukan di negeri Belanda juga membantu penampakan kecirian negeri seribu pulau ini di luar negeri.
Portugis yang juga pernah memiliki sejarah masa lalu dengan Indonesia dalam hal ini Maluku-Ambon, kurang mendapat perhatian dalam promosi pariwisata Maluku, padahal bangsa ini juga menurut peneliti berpotensi menjadi tempat promosi pariwisata Maluku di mancanegara.
Interest peneliti ini diharapkan tidak hanya merupakan sebuah wacana tetapi ke depan dapat berwujud MoU (Memorandum of Standing) yang berdampak peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah) melalui peningkatan tingkat kunjungan wisman khususnya Portugal.
Ibarat gayung bersambut, tentang hal ini pemerintah Portugal pun cukup menaruh perhatian besar terhadap kepedulian Pemerintah Kota Ambon dan Pemerintah Provinsi Maluku yang telah menjaga sisa-sisa peninggalan kejayaan mereka tempo dulu di Maluku-Ambon, sebagaimana dikutip dari Antara News:
“Pemerintah Portugal menjanjikan akan memberikan bantuan kepada sejumlah desa di Kota Ambon yang memiliki sejarah dan nilai historis dengan bangsa dan negaranya, kata Dubes Portugal, Jose Imanuel Santos Braga.
"Bantuan untuk desa-desa yang memiliki hubungan sejarah dengan Portugal ini akan segera dibantu guna memberdayakan masyarakatnya," kata Duta Besar Portugal untuk RI itu kepada ANTARA News, seusai melakukan pertemuan dengan Wakil Walikota Ambon, Dra. Olivia Latuconsina, Selasa.
Sejumlah desa yang akan dibantu, menurut dia, adalah Desa Tawiri, Hative Besar, Rumah Tiga dan Galala di Kecamatan Baguala, Desa Passo, Desa Batu Merah, Galala, Soya, serta Hatalae di Kecamatan Sirimau.
Ia mengemukakan, masyarakat Portugal selama ini sudah mengenal secara baik tentang Kota Ambon, namun hanya sebatas dari buku-buku maupun siaran televisi.
"Diharapkan bantuan dan kerja sama dengan desa-desa di Ambon ini akan lebih mempererat hubungan emosional, serta menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Portugal untuk berkunjung ke Ambon di masa mendatang," kata Braga.
Bantuan bagi desa-desa tersebut, dikatakannya, merupakan proyek jangka pendek bernilai sekira Rp150 juta hingga Rp300 juta, khususnya untuk pengembangan di bidang kesehatan, pendidikan dan kebersihan.
Pemerintah Portugal pun menaruh perhatian besar terhadap kepedulian Pemerintah Kota Ambon dan Pemerintah Provinsi Maluku yang merawat secara baik kondisi benteng "Victoria" yang merupakan salah satu peninggalan bangsa Portugis di jantung Kota Ambon, bahkan menjadikannya sebagai salah satu cagar budaya, demikian Jose Braga.Sementara itu, Olivia Latuconsina menyambut baik niat Pemerintah Portugal membantu desa-desa di Kota Ambon yang memiliki keterikatan historis dengan bangsa tersebut.Ia menilai, kerja sama itu akan terus ditingkatkan hingga menjadi "kota bersaudara kembar" (sister city), namun hal yang diprioritaskan baru bersifat jangka pendek sebagai pintu masuk untuk memperoleh bantuan dari negara-negara Eropa."Kita fokuskan dulu untuk merealisir program jangka pendek yang telah disepakati, sehingga benar-benar berdampak untuk pemberdayaan masyarakat yang terpuruk akibat konflik sejak 1999, terutama pada desa-desa yang memiliki hubungan historis dengan Portugal. Setelah itu barulah dijajaki kerja sama jangka panjang termasuk kota bersaudara," demikian Olivia Latuconsina. (ANTARA News,2006)
Bagaimana arah pengembangan pariwisata di kota Ambon?. Data tentang trend pengembang pariwisata di kota Ambon yang sejak tahun 1991-2000 yang dikutip dari Salakory (2004) sbb:
Tabel.1.Pengembang Pariwisata Di Kota Ambon
No
|
Klasifikasi
|
1991
|
1992
|
1993
|
1994
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
1999
|
2000
|
Ket.
|
1
|
Insatnsi pemerintah Terkait
|
T
|
T
|
T
|
T
|
T
|
T
|
T
|
T
|
-
|
S
| |
2
|
Perusahaan Jasa (Swasta)
|
S
|
S
|
S
|
S
|
S
|
S
|
S
|
S
|
-
|
S
| |
3
|
Usaha Kecil/ Menengah (Masyarakat)
|
S
|
S
|
S
|
S
|
S
|
S
|
S
|
S
|
-
|
S
|
Sumber: Disusun Sesuai Data Sekunder
Pada Disparda Maluku, 2002
Keterangan: T : Tinggi
S : Sedang
- : Tidak ada kegiatan
Pengembang kepariwisataan di Maluku khususnya di Kota Ambon lebih dominant dilakukan oleh Pemerintah dengan instansi-instansi terkaitnya. Pihak swasta dan masyarakat tidak terlalu menonjol, hanya pada level sedang-sedang atau biasa-biasa saja. Terlihat juga bahwa selama tahun 1999 tidak ada kegiatan sama sekali.
C. Middelburg dan Cannal Pas Baguala Potensi
Sumber Daya Pariwisata Sejarah
Salah seorang peneliti Unpatti tahun 2004 pernah menyarankan bahwa; Pengembangan pariwisata di Maluku-Ambon pasca konflik perlu dikembangkan objek dan atraksi wisata yang bernuansa Rekonsiliasi Kemanusiaan. Lokasi-lokasi bekas konflik, bekas camp pengungsian, perlengkapan yang dipergunakan dalam konflik ataupun sejenisnya, diharapkan dapat dikembangkan sebagai salah satu objek ataupun atraksi wisata kemanusiaan.
Mansyur (2008), menulis tentang Pengelolaan Sumber Daya Arkeologi Untuk Pariwisata Berkelanjutan yang menampilkan sebuah hasil inventarisasi benteng kolonial di pulau Ambon, secara jujur mengilhami peneliti melakukan penelitian ini. Lebih lanjut Mansyur (2008) mengemukakan prinsip-prinsip pengembangan wisata benteng yaitu; menyangkut fisik bangunannya dan sosiologis masyarakat di sekitarnya, sehingga dengan pengemasan paket atraksi yang melibatkan beberapa atraksi wisata (fisik, budaya, sosologis) diharapkan paket wisata tersebut layak untuk dijual dalam hal ini mampu mendatangkan banyak wisatawan.
Disadari sungguh bahwa agar dapat memanfaatkan situs sejarah Portugis di Desa Passo yang dalam hal ini benteng Middelburg dan Cannal Pas Baguala untuk tujuan wisata, maka perlu dilakukan suatu kajian komprehensif yang mengacu pada manajemen sumber daya arkeologi. Berkaitan dengan sumberdaya arkeologi ini, Tanudirdjo (2006) menyebutkan kajian tersebut harus melakukan:
1.Identifikasi
2.Pendugaan nilai penting
3.Pendugaaan dampak
4.Mitigasi
Masih menurut Tanudirdjo (2006) , agenda penting dalam upaya pengembangan wisata benteng lebih berfokus pada hala-hal yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya budaya yaitu:
1.Agenda menyangkut fisik bangunan
a.Inventarisasi dalam hal ini dilakukan pendataan secara keseluruhan termasuk didalamnya bahan, tegnologi, arsitektur bangunan dan lingkungan sekitarnya. Inventarisasi yang telah dilakukan oleh PDA dalam proyek inventarisasi benteng kolonial di Maluku dapat menjadi acuan awal. Selanjutnya, untuk memperoleh data yang komfrehensif dibutuhkan semacam studi tekhnis atau studi kelayakan. Sebagai upaya yang bertujuan untuk melestarikan sumberdaya arkeologi maka data pentingnya adalah kondisi-kondisi tertentu yang akan mengakibatkan kerusakan pada fisik bangunan baik faktor alam maupun manusia. Data penting berkaitan dengan faktor alam dapat berupa kondisi iklim dan cuaca.Sedang, faktor manusia dapat berupa perilaku yang dapat berakibat langsung maupun tidak terhadap kerusakan bangunan. Penelusuran tentang sejarah yang melaterbelakangi pendirian benteng penting dilakukan untuk melakukan pendugaan nilai penting.
b.Konservasi, dalam hal ini diartikan sebagai upaya yang dilakukan dengan tujuan pemeliharaan yang bersifat khusus agar dapat mempertahankan kondisi benteng sesuai dengan konsep awalnya. Konservasi memiliki tugas pokok yaitu; maintenance (pemeliharaan), preservation (pengawetan), restoration (pemugaran), reconstruction (rekonstruksi), dan adaptation (adaptasi)
c.Revitalisasi, yang dimaksudkan untuk menampilkan kembali fisik bangunan maupun setting yang masih mungkin ditampilakn.
2.Agenda Sosiologis
Agenda ini berkaitan dengan melibatkan peran-serta masyarakat secara sosiologis dalam upaya pelestarian. Misalnya masyarakat perlu disiapkan untuk menerima kehadiran kembali benteng middelburg dan canal pas baguala dan atraksi-atraksi lainnya bukan sebagai produk penjajah tetapi tetapi sebagai sumberdaya wisata yang perlu dijaga dan dipelihara kelestariannya. Dengan demikian masyarakat perlu dilibatkan dalam membangun atraksi-atraksi wisata yang bernuansa kedaerarahan maupun bernuansa penunjang objek benteng middelburg dan canal pas baguala. Misalnya dibangun atraksi seni dengan nuansa portugal (musik country lengkap dengan pakaian coboy) maupun menghadirkan kuliner asli desa Passo yang yang secara historis merupakan peninggalan Portugis seperti makanan acar.
Proposal pengembangan ini, kemungkinan dianggap sebagai sesuatu yang imposible, sebab mana mungkin dengan hanya bermodalkan idealisme untuk mengembangkan sebuah benteng kecil yang tinggal puing-puing dan sebuah alur galian bekas rencana pembangunan cannal yang sebagian besar sudah beralih fungsi sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga dan sampah ? sementara untuk kegiatan itu membutuhkan modal besar?. Tetapi dalam hal ini, walaupun dengan menggunakan pendekatan ekonomi berserta kalkulasi profit nya jika melihat prospek ke depan (jangka panjang) maka banyak keuntungan yang diperoleh. Misalnya dengan melihat angka kunjungan wisatawan Eropa yang berkunjung ke Maluku selama tahun 2006 sebanyak 2879 orang, dan 2528 orang di antaranya berasal dari Belanda maka dengan menggunakan kalkulasi ekonomi sederhana saja dapat dihitung untuk 1 orang wisman asal Belanda yang berkunjung ke Maluku-Ambon, akan membelanjakan uangnya di Indonesia-Maluku-Ambon sebagai berikut:
1.Visa masuk: Bebas (nol rupiah)
2.Tiket Pesawat Jakarta – Ambon p/p: 2 x 1.500.000 = Rp.3.000.000.-
3.Biaya Hotel selama 2 hari : 250.000.- x 2 = Rp. 500.000.-
4.Biaya transportasi lokal : 75.000.- x 2 = Rp. 150.000.-
5.Biaya Konsumsi : 2 x 3 x 12.500=Rp. 75.000.-

Total =Rp.3.925.000.-
Dengan demikian, kunjungan seorang wisman ke Maluku-Ambon, akan mendatangkan uang dari negaranya ke Maluku-Ambon minimal sebanyak Rp.3.925.000.- Jadi jika wisman asal Belanda saja dalam tahun 2006 lalu, akan membelanjakan uangnya sebanyak 2528 wisman x Rp.3.925.000.- = Rp.99.224.400.000.- (sembilan puluh sembilan miliar dua ratus dua puluh empat ribu empat ratus ribu rupiah), suatu jumlah yang cukup besar memang.
Kalau begitu berapa biaya yang akan dikeluarkan bagi pengembangan Middelburg dan Cannal Pas Baguala sebagai sumber daya pariwisata sejarah di Maluku-Ambon?, peneliti akan mencoba pula membuat sebuah kalkulasi sederhana sebagai berikut.
No
|
Jenis Kegiatan
|
Kemungkinan Biaya yang dibutuhkan (Rp)
|
Kemungkinan Sumber Biaya
|
1
|
1.Inventarisasi
|
200.000.000.-
|
Pemda Maluku-Ambon, bekerja sama dengan Perguruan Tinggi (UI), dan Pemerintah Portugal.
|
2
|
2.Konservasi
a.Rekonstruksi
b.Relokasi dan pembebasan areal dari pemukiman (4 buah rumah)
c.Pemugaran
d.Pengawetan
|
100.000.000.-
600.000.000.-
300.000.000.-
|
Pemda Maluku-Ambon, bekerja sama dengan Perguruan Tinggi (UI), dan Pemerintah Portugal.
|
3
|
3.Revitalisasi
|
100.000.000.-
|
Pemda Maluku-Ambon, bekerja sama dengan Pemerintah Portugal, dan NGO yang konsern
|
4
|
4.Kegiatan yang sifatnya sosiologis untuk pelestarian
|
30.000.000.-
|
Pemda Maluku-Ambon, bekerja sama dengan swasta lainnya, disamping masyarakat
|
5
|
5.Pengembangan
a.Membangun atraksi pariwisata
b.Membangun fasilitas penunjang
|
100.000.000.-
|
Pemda Maluku-Ambon, bekerja sama dengan NGO yang konsern, swasta lainnya, disamping masyarakat
|
Total
|
1.430.000.000.-
|
Dengan demikian total anggaran yang kemungkinan dibutuhkan untuk pengembangan Middelburg dan cannal pas baguala sebagai sumber daya (objek dan atraksi) Pariwisata Sejarah di Maluku-Ambon secara sederhana membutuhkan anggaran sebesar kurang lebih satu miliar empat ratus tiga puluh juta rupiah dengan perhitungan harga tahun 2009.
Disadari bahwa anggaran sangat besar apabila dilaksanakan dalam satu atau dua tahun anggaran, tetapi konsep yang peneliti wacanakan ini untuk pelaksanaan jangka menengah maupun jangka panjang (5 – 15 tahun). Bandingkan dengan jumlah wisman yang datang dan membelanjakan uangnya di Indonesia-Maluku-Ambon. Jika demikian bukanlah sesuatu yang imposible bagi pengembangan Middelburg dan cannal pas baguala sebagai objek dan atraksi pariwisata sejarah di Maluku-Ambon melainkan sesuatu yang posible asalkan ada godwill dari pemerintah dengan sejumlah stake holder terkait (Dinas-dinas terkait seperti; Diknas, Musjasla, Pariwisata, Industri dan Perdagangan, Perhubungan, dan PU ) disamping sense of belonging dan sense of participation dari masyarakat.
BAB.V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah
1.Situs sejarah portugis di desa Passo berupa sebuah benteng dan cannal. Pada masa sekarang, lokasi benteng ini berada di belakang pertigaan ruas jalan raya yang menghubungkan Passo-Natsepa dan Passo-Laha. Saat ini benteng berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, yang harus melewati halaman rumah penduduk jika hendak menuju ke benteng, baik dari arah depan, maupun belakang sehingga sulit melihat sisi benteng dari arah jalan raya. Kondisi benteng telah rusak berat. Sisa struktur yang ada hanya 2 sisi benteng setinggi ± 5-6 meter, yaitu dinding timur dan barat. Pada dinding timur terdapat 3 buah jendela yang merupakan tempat letaknya meriam. Dinding utara dan selatan hanya tersisa bagian pondasi saja. Denah dasar benteng adalah segi empat, ukuran bagian dalam ± 10 x 10 meter.
2.Cannal Pas Baguala kini berbekas sebuah alur galian dengan talud di kiri kanannya dan sebagian besar sudah beralih fungsi sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga dan sampah .
3.Tingkat kunjungan wisman terutama dari bangsa Eropa ke Maluku-Ambon menunjukkan arah peningkatan dari tahun ke tahun jadi perlu menjadi perhatian khusus pemerintah, perusahaan jasa (swasta), dan usaha kecil lainnya dalam mengembangkan pariwisata di provinsi ini dengan kebijakan pengembangan; menggali dan memanfaatkan potensi sumber daya pariwisata yang erat terkait socio-culture dan moral dan psikologis dengan bangsa Eropa di masa lalu.
4.Pengembangan Middelburg dan Cannal Pas Baguala sebagai sumber daya (objek dan atraksi) pariwisata sejarah di Maluku-Ambon secara sederhana membutuhkan anggaran sebesar kurang lebih satu miliar empat ratus tiga puluh juta rupiah dengan perhitungan harga tahun 2009.
5.Proposal pengembangan ini, kemungkinan dianggap sebagai sesuatu yang imposible, sebab mana mungkin dengan hanya bermodalkan idealisme untuk mengembangkan sebuah reruntuhan benteng kecil dengan sebuah canal bekas yang sudah beralih fungsi, sementara untuk kegiatan itu membutuhkan modal besar?. Tetapi dalam hal ini, walaupun dengan menggunakan pendekatan ekonomi berserta kalkulasi profit nya jika melihat prospek ke depan (jangka panjang) maka banyak keuntungan tetap dapat diperoleh. Misalnya dengan melihat angka kunjungan wisatawan Eropa yang berkunjung ke Maluku selama tahun 2006 sebanyak 2879 orang, dan 2528 orang di antaranya berasal dari Belanda maka dengan menggunakan kalkulasi ekonomi sederhana saja dapat dihitung untuk 1 orang wisman asal Belanda yang berkunjung ke Maluku-Ambon, akan membelanjakan uangnya di Indonesia-Maluku-Ambon minimal sebanyak Rp.3.925.000.-, belum lagi manfaat-manfaat lainnya terutama dalam bidang sosial
B. Saran
Sebagai bagian akhir dari penelitian kami perlu menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1.Bangsa yang besar adalah bangsa yang menjadikan masa lalunya sebagai sumber energi untuk menata kehidupan ke depan yang lebih bermartabat dan berbudaya, oleh sebab itu peninggalan-peninggalan masa lalu mesti tetap dilestarikan, dengan jalan dipelihara, dirawat, tidak dirusakkan oleh tangan-tangan jahil. Salah satu wujud kepedulian kita terhadap situs peninggalan masa lalu yang dapat memberikan insprasi perlu di masyarakatkan. Modelnya dapat melalui tulisan atau karya-karya Ilmiah yang sering dilombakan dan dipublikasikan, lomba foto, poster, lieflet dan lain-lain.
2.Pemerintah pusat, propinsi, maupun kota/kabupaten dan jajaran stakeholders-nya , dituntut memiliki kepedulian terhadap situs peninggalan masa lalu seperti benteng Middelburg di Negeri Passo Kecamatan Baguala sehingga situs tersebut tidak dipandang sebagai barang rongsokan yang terabaikan tetapi dapat dijadikan sebagai salah satu sumber PAD.
3.Sehubungan dengan upaya pelestarian, dan pengembangan sebagai objek wisata sejarah dan kebudayaan, maka dituntut kerja sama antar Dinas Pendidikan, Sejarah dan Kepurbakalaan, Dinas Pariwisata sehingga terciptanya satu sinkronisasi program terpadu dan tidak tersegmentasi.
DAFTAR PUSTAKA
------------------, ( 1993 ). Pariwisata dan Sapta pesona, Disparda Tingkat I Maluk
------------------, ( 1993 ). Pariwisata Dalam Pembangunan Nasional Dan Daerah, Disparda Tingkat I Maluku
-------------------, (1992).Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Maluku, Laporan Akhir Analisa dan Rencana
ANTARA News, 2006. Portugal Akan Bantu Desa Bersejarahnya di Ambon, ,Copyright © 2006 Ministry of Culture and Tourism, Republic of Indonesia. All rights reserved, download, 12 Mei 2009
Djoko Purwanto, (1994).Pengantar Pariwisata Untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelompok Bisnis dan Management. Angkasa, Bandung
James. J. Spillane, ( 1987 ). Ekonomi Pariwisata, Pranadya Paranita
Kabupaten Maluku Tengah - Maluku – Indonesia, 2009. Benteng Belgica , Home > Obyek Wisata Maluku - Indonesia > Kabupaten Maluku Tengah > Wisata Benteng > Benteng Belgica, Arbia', 18 Jumadil Awal 1430 (Rabu, 13 Mei 2009), download, 13 Mei 2009
Kodhat.H, (1990), Pariwisata Dalam Pembangunan daerah. Centre For Strategic and International Studies
Mansyur Syahruddin, 2008. Pengelolaan Sumberdaya Arkeologi Untuk Pariwisata Berkelanjutan (Pengembangan Wisata Benteng Di Pulau Ambon), Kapata Arkeologi Jurnal Arkeologi Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Balai Arkeologi Ambon
Oka. A. Yoeti, 1990. Pemasaran Pariwisata, Bandung Angkasa
Oka. A. Yoeti, 1993 . Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung Angkasa
Panitia HUT Ke 100, 2004. Negeri Passo Kajian Sejarah, Budaya dan Agama, Gereja Menara Iman , Passo
R. G. Soekadijo, 1996. Anatomi Pariwisata, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Salakory, 2004. Analisis Tren Kepariwisataan Kota Ambon Sejak Tahun 1991-2000, Ansos Jurnal Analisis Sosial, Vol 2 No.2, Forum Ilmuan Sosial Universitas Pattimura, Ambon
Setyadi Agung, Jumat, 2008. Bangsa Portugis pernah menduduki Kerajaan Ternate di Maluku Utara. Dari penjelajahan bangsa Portugis, banyak peninggalan kebudayaan Portugis dalam hal pangan dan pertanian yang masih dikenal di berbagai tempat di dunia hingga sekarang, Kompas 29 Agustus 2008 | 03:00 WIB, download, 12 Mei 2009
Sudarmika GM dan Handoko W, 2008. Pengelolaan Partisipatoris Sumberdaya Arkeologi di Maluku: Kerangka Konseptual Menuju Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal, Kapata Arkeologi Jurnal Arkeologi Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Balai Arkeologi Ambon