Geografi Medik (Konsep,
Teori Dan Aplikasi)
(Resume Buku: Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang
Geografi Medik)
Oleh: Prof.Dr.M.Salakory.,M.Kes
Pendahuluan
Topik ini merupakan bagian dari Ilmu Medical Geography atau di Indonesia disebut dengan nama geografi medik, kadang-kadang disebut juga
geografi kesehatan. Ilmu ini
sesungguhnya di Indonesia masih belum dikenal luas bahkan sering menimbulkan debat table di kalangan praktisi maupun
kalangan keilmuan. Perbedaan pendapat tersebut sebenarnya lebih disebabkan oleh
pendekatan yang akan dipergunakan baik
pada kalangan praktisi maupun kalangan
keilmuan. Misalnya dalam mengkaji satu kejadian penyakit terkait lingkungan
sebagian akan memulainya dari kasus yang muncul kemudian diikuti secara retrospektif bagaimana agent penyakitnya, dan bagaimana indikator variabel
lingkungannya. Sementara pendekatan
kedua menekankan kepada ketersediaan indikator variabel lingkungan dan sebarannya.
Dengan mengetahui ketersediaan indikator variabel lingkungan dan sebarannya
dalam suatu ruang, wilayah, lingkungan, maka dapat diperkirakan kemungkinan dinamika pertumbuhan agent penyakitnya, begitupun juga dengan risiko terinfeksi dan kejadian
satu penyakit (Relative Risk/RR). Pada
pendekatan kedua, core kajiannya terletak pada dinamika perubahan indikator
lingkungan baik secara keruangan, kewilayahan, maupun kelingkungan dengan,
sedangkan pada pendekatan pertama, core
kajiannya terletak pada kasus penyakit yang muncul kemudian dicari factor-faktor
risikonya. Dari segi metodologi, pendekatan kedua menekankan pada prospective
cohort, sedangkan pendekatan pertama
retrospective-cohort.
Ide , pemikiran, konsep dan keilmuan para Guru Besar dari Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan UGM, Fakultas Geografi UGM, dan
Fakultas Kedokteran UNAIR yang selama ini membimbing dan mengarahkan, kemudian terintegrasi dan terimplementasi untuk
melahirkan embrio Geografi Medik yang selama itu hanya berkembang pada tataran
diskusi akademik belaka.
Ke depan Geografi
Medik diharapkan mendapat tempatnya sesuai kodrat keilmuannya (pohon keilmuan geografi) dan diakui sebagai salah satu bidang
penting yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang
masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan individu maupun masyarakat di
seluruh dunia berdasarkan berbagai faktor geografis yang mempengaruhi mereka.
Geografi Medik
Geografi medik, kadang-kadang disebut geografi
kesehatan, merupakan lingkup
penelitian kesehatan yang
menggabungkan teknik geografis ke dalam kajian kesehatan. Geografi medik mempelajari faktor-faktor
lingkungan yang berisiko pada
kesehatan individu maupun masyarakat serta distribusi pelayanan kesehatan. Oleh karena itu dewasa ini, Geografi medik dianggap sebagai
salah satu bidang penting karena bertujuan untuk
memberikan pemahaman tentang masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan individu
maupun masyarakat di seluruh dunia berdasarkan berbagai faktor
geografis yang mempengaruhi
mereka (Meade, at all: 2010). Dari definisi beberapa sumber kajian dapat
disebutkan bahwa Geografi Medik atau Geografi Kesehatan adalah aplikasi informasi geografis, perspektif, dan
metode geografi untuk mempelajari kesehatan, penyakit, dan perawatan kesehatan.
Geografi Medik VS Kesehatan Hari Ini
Hari ini, geografi medik atau geografi kesehatan memiliki sejumlah aplikasi. Karena distribusi spasial penyakit masih merupakan masalah besar, oleh sebab itu pemetaan memainkan peran besar di lapangan. Peta dibuat untuk menunjukkan sebaran penyakit seperti halnya wabah influensa bersejarah yang terjadi di tahun 1918, atau kejadian-kejadian sesaat seperti indeks nyeri yang pernah terjadi di seluruh Amerika Serikat. Dalam pemetaannya, faktor-faktor seperti iklim dan lingkungan dapat dipertimbangkan dalam menjelaskan kejadian nyeri pada klaster tertentu dan di suatu waktu tertentu pula.Seorang professional
geografi kesehatan mengatakan bahwa; “Sejauh yang saya tahu, istilah 'geografi
kesehatan' berasal serangkaian artikel yang ditulis oleh Robin Kearns pada
1990-an dengan alasan bahwa 'geografi medik harus (kembali) diletakkan dalam kerangka keilmuan geografi sosial'. Dalam
makalah awalnya ia menulis:...bahwa dua aliran yang diidentifikasi saling terkait dalam bidang kedokteran/ kesehatan/ geografi yaitu geografi medik dan geografi kesehatan. Geografi akan mempertimbangkan hubungan dinamis antara kesehatan dan tempat layanan kesehatan dan geografi medik mempertimbangkan kesehatan kelompok atau populasi yang mendiami suatu bentang alam tertentu. Saya pribadi lebih tertarik pada bagaimana analisis geografis dapat memberikan kita wawasan tentang kesehatan dan sakit-penyakit, dari bagaimana masalah kesehatan dapat menginformasikan kepada kita tentang sifat tempat. Untuk kedua alasan tersebut, saya lalu menganggap diri saya sebagai 'ahli geografi medik' daripada 'geografi kesehatan… (Profesional Geographer 45 (2), 144-5).
Terlepas dari apakah satu lebih suka menggunakan istilah Geografi Medik atau Geografi Kesehatan, disiplin secara tradisional telah dibagi menjadi dua mata pelajaran yang cukup berbeda: satu meneliti faktor geografis yang berkontribusi terhadap gangguan kesehatan dan penyakit (epidemiologi geografis); sedangkan yang lainnya lagi menekankan pada faktor geografis yang mempengaruhi penyediaan dan akses ke pelayanan kesehatan (geografi kesehatan). Sebagai salah satu
penganjur Geografi Medik di Indonesia, pandangan saya lebih mendapat pembobotan
lebih pada Broker.S (2002, 2003, 2005,
2006) dengan memandang Geografi Medik sebagai “hibrida baru penelitian antara geografi dan
obat-obatan yang melibatkan aspek geografis, kedokteran dan kesehatan. Tujuan dari
penelitian penelitian tersebut adalah
untuk meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat”. Ada beberapa buku teks geografi medik yang ditulis untuk berbagai tingkat penyelidikan yang mengkhususkandalam berbagai bagian lapangan. Meade dan Emch (2010) kajiannya secara komprehensif dengan penekanan pada studi geografis kesehatan, yaitu: penyakit, dan perawatan kesehatan, dengan penekanan pada ekologi penyakit baik penyakit menular maupun tidak menular di lingkungan alami, buatan, dan sosial. Gatrell dan Elliott (2009), menekankan pada lingkungan sosial daripada yang lain. Satu bagian penting dari tulisannyadikhususkan untuk kualitas udara dan air, serta perubahan lingkungan, seperti penipisan ozon, dan kesehatan yang buruk. Anthamatten dan Hazen (2011), dapat dipandang sebagai pengantar geografi medik. Buku ini ditulis dengan tiga pendekatan utama yaitu: ekologi, sosial, dan tata ruang.
Di luar buku teks terdapat juga beberapa koleksi makalah maupun kumpulan makalah seperti yang ditulis oleh Brown, et al. (2010). Makalah ini dianggap sebagai yang paling komprehensif. Dimulai dengan pengenalan subdiscipline dan kemudian bagian studi penyakit dan metodologi, diikuti oleh beberapa bab pada kesehatan dan kesejahteraan. Hunter (1974), kumpulan makalah bersejarah, sebab memuat studi kasus empiris yang akan menjadi landasan yang baik bagi siapa saja yang ingin memahami bidang Geografi Medik.
Aplikasi
Geografi Dalam Bidang Kesehatan
Kompetensi professional
yang dimiliki dalam menganalisis macam dan komponen lingkungan ambient sebagai risiko timbulnya
penyakit (penyakit terkait lingkungan) dengan salah satu contoh kejadian adalah degradasi fungsi tanah akibat terkontaminasi
oleh tinja yang mengandung telur dan larva Soil
Transmitted Heliminths/ Geohelminths.
Pembuktian fenomena penyakit kecacingan (Soil
Transmitted Helminths/ Geohelminths)
dapat dijelaskan secara komprehensif dengan mengintegrasikan beberapa bidang kajian penunjang antara lain:
1.Parasitologi
Pengembangan
konsep difokuskan pada pengetahuan akan
parasit-parasit yang ada di lingkungan hidup manusia yang dapat menginfektif
manusia sehingga menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit infeksi pada manusia. Aplikasi
bidang ini mencakup; daerah sebarannya, habitatnya, morfologinya,
dan siklus hidupnya. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, dibatasi pada Soil Transmitted Helminths/ Geohelminths.
2.Teknik
Laboratorium Micro Culture
Difokuskan pada teknik culture atau pembiakan telur Soil Transmitted Helminths/ Geohelminths di laboratorium dengan
media tanah yang dikondisikan sesuai dengan keadaan lapangan, dan pemeriksaan
dengan microscop, serta pembacaan hasil.
3.Remote Sensing
Pengembangan konsep
diarahkan pada pengetahuan dan pemahaman prinsip-prinsip penginderaan jauh,
serta dapat menganalisis citra untuk memperoleh informasi spasial sesuai
kebutuhan penelitian faktor lingkungan risiko Soil Transmitted Helminths. Aplikasi Remote
Sensing pada penelitian tersebut
adalah:

a.Diperoleh informasi
atau data jenis tanah dan sebarannya secara cepat, akurat, dan dapat meliputi
daerah yang luas (Pulau Ambon).
b. Diperoleh
informasi atau data air tanah, kelembaban tanah dan sebarannya secara cepat,
akurat, dan dapat meliputi daerah yang luas (Pulau Ambon).
c. Diperoleh
informasi atau data indeks vegetasi atau NDVI
dan sebarannya secara cepat, akurat,
dan dapat meliputi daerah yang luas (Pulau Ambon).
d.Diperoleh
informasi atau data cuaca dan sebarannya secara cepat, akurat, dan dapat
meliputi daerah yang luas (Pulau Ambon).
4.SIG:
Sistem Informasi Geografi (SIG)
Pengembangan konsep
diarahkan pada pengetahuan dan pemahaman konsep dasar dan teori SIG serta dapat
mengolah data, dan menghasilkan peta sesuai kebutuhan (faktor lingkungan risiko
dan daerah endemis STH. Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) pada penelitian tersebut adalah:
a.Dihasilkan
peta-peta tematik sesuai variabel lingkungan.
b.Dilakukan
tumpangsusun/ overlay peta - peta tematik untuk menghasilkan
peta-peta potensi atau risiko (potensi atau risiko dinamika telur dan larva Soil Transmitted Helminths/ Geohelminths di tanah lahan permukiman,
dan potensi atau risiko prevalensi Soil
Transmitted Helminths/ Geohelminths pada
penduduk satuan lahan permukiman).
c.Atas
dasar peta potensi/ risiko maka di buat peta urgensi intervensi untuk
pemberantasan Soil Transmitted Helminths/
Geohelminths.
Rujukan
Achmad
H, Mardihusodo S J, Sutanto, Hartono, Kusnanto H., 2003. Estimasi Tingkat
Intensitas Penularan Malaria Dengan Dukungan Penginderaan Jauh (Studi Kasus di
Daerah Endemis Malaria Pegunungan Manoreh Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa
Tengah dan Istimewa Yogyakarta), Jurnal Ekologi Kesehatan (The
Indonesian Journal Of Health Ecology), Vol 2 No 1 April 2003
Brooker
S, Michael E., 2000. The Potential Of Geographical Information Systems And
Remote Sensing In The Epidemiology And Control Of Human Helminth Infection,
PubMed, PMID: 10997209 [PubMed-indexed for MEDLINE], download 15/11/ 2005
Brooker
S, Beasley M, Ndinaromtan M, Madjiouroum E M, Baboguel M, Djenguinabe E, Hay S
I, Bundy D A P., 2002. Use Of Remote Sensing and A Geographical
Information System In A National Helminth Control Programme In Chad,
Bulletin Of The Word Health Organization, 80 (10), E-mail: simon.brooker@lshtm.ac.uk.
Brooker
S, Simon I, Hay, Tchuente L A, Ratard R., 2002. Using NOAA – AVHRR, Data To
Model Human Helminth Distributions in Planning Disease Control In Cameroon,
West Africa, Photogrametric Enginering & Remote Sensing Vol. 68, No. 2,
American Society For Photogrametry and Remote Sensing, download 31/01/ 2006
Brooker
S, Michael E., 2004. Spatial Analysis Of The Distribution Of Intestinal
Nematode Infections In Uganda, Epidemiol Infect, PMID: 15635963 [PubMed –
indexed for MEDLINE], download 15/11/
2005
Brooker
S, Alexander N, Geiger S, Moyeed R A, Stander J, Fleming F, Hotez P J, Oliviera
R C, Bethony J., 2006. Contrasting
patterns in the small-scale heterogeneity of human helminth infections in urban
and rural environments in Brazil, International Journal for Parasitology 36
(2006) 1143-1151, Elsevier, E-mail: simon.brooker@lshtm.ac.uk.
Brooker
S., 2006. Spatial Epidemiology Of Human
Schistosomiasis In Afrika: Risk Model, Transmission Dynamic and Control,
The Royal Society Of Tropical Medicine And Hygiene (2007) 101. 1-6, London
Brooker
S, Clements A C A, Bundy D A P., 2006. Global
Epidemiolgy, Ecology, and Control of Soil Transmitted Helminth Infections,
Advances In Parasitology, Vol 62, Elsevier Ltd
Baro-Rasmussen F, Lokke
H., 1984. Ecoepidemiology a Casuistic Discipline Describing Ecological Disturbances and Damages In
Relation to Their Specific Cauces: Exemplified By Clorinated phenols an Chlorophenoxy acid, Regul Toxicol
Pharmacol, PubMed, download 16/05/
2006
Campbell
J B., 2002, Introduction To Remote Sensing, Third Edition, Guildford
Press, New York
Dulbahri.,
1997. Pemanfaatan Foto Udara Untuk Diteksi Potensi Sumber Penyebaran
Penyakit Di Dalam Kota, Makalah, Disampaikan Pada Seminar Nasional
Penginderaan Jauh Untuk Kesehatan Pemantauan Dan Pengendalian Penyakit Terkait
Lingkungan, FK. UGM, Yogyakarta
Faust,
E C, Russell, Paul P., 1964. Clinical Paracitology. Seventh edition,
Philadelphia
Garg
P K, Perry S, Dorn M, Hardcastle L, Pearsonet J., 2005. Risk Of Intestinal Helminth And Prozoan
Infection In a Refugee Population, Am J Trop Med Hyg, PMID: 16103610
[PubMed – indexed for MEDLINE], download
15/10 2005
Geocities.,
2007. Teori Dasar Interpretasi Citra Sateli Landsat TM7+ Metode Interpretasi
Visual (Digitize Screen), http://www.google.com, Download 22/08/ 2007
Goodchild
M F, Steyaert L T, Parks B O., 1996. GIS and
Environmental Modeling: Progress and Research Issues,GIS World, Inc,
USA
Hartono,
Barano Th, Farda N M, Kamal M., 2005. Analisis Data Penginderaan Jauh Dan
SIG Untuk Studi Sumberdaya Air Permukaan Dan Rawa Biru Merauke Papua,
Siminar Nasional MIPA 2005 FMIPA – Universitas Indonesia Depok, http://www.google.com, download 22/08/ 2007
Hunter,
John M., ed., 1974. The Geography of Health and Disease: Papers of the
First Carolina Geographical Symposium. Chapel Hill: University of North
Carolina, Department of Geography
Jones, K. and Moon, G., 1987. Health Disease and Society, London: RKP,
chapter 1.
Kearns, R., 1993. Place
and Health, Professional Geographer, 45, 139-47.
Ketut
W, Utama Y P, Riqqi A., 2005. Deteksi Perubahan Vegetasi Dengan Metode Spectral Mixture Analysis (SMA) dari
Citra Satelit Multitemporal Landsat TM dan ETM, Jurnal Infrastuktur dan
Lingkungan Binaan, Vol. I No.2 Desember
2006, http://www.google.com,
download 25/08/ 2007
Lawrence
R, Orihel. T C., 1991. Paratities: A Guide To Laboratory Procedures and
Identification, ASCP Press, American Society of Clinical Pathologists
Chicago
Mardihusodo
S J., 1997. Penginderaan Jauh Untuk Kesehatan Pemantauan Dan Pengendalian
Penyakit Terkait Lingkungan, Fakultas Kedokteran. UGM, Yogyakarta
Meade,
Melinda S., and Michael Emch., 2010. Medical Geography. 3d ed. New
York: Guilford, 2010.
Morales
G A, Pino L A, Chourio-Lozano G., 1994. Ecoepidemiology Of Ascaris
lumbricoides in an Endemic Area and Its Relation With Blood Groups, Acta
Cient Venez, PMID: 9239849 [PubMed – indexed for MEDELINE], download 16/09/2006
Morishita
K., 1972. Progres Of Medical Parasitology In Japan, Vol. IV, Meguro Parasitological Museum, Tokyo
Projo
D., 1997. Spatial Modeling For Health Studies Contribution Of Remote Sensing
And Geographic Information Systems In Hendling Health Problems, Makalah,
Disampaikan Pada Seminar Nasional Penginderaan Jauh Untuk Kesehatan Pemantauan
Dan Pengendalian Penyakit Terkait Lingkungan, FK. UGM, Yogyakarta
Salakory
M., 1996. Pengaruh Bentang Alam Dan Budaya Penduduk Di Pegunungan Dan Di
Pantai Terhadap Prevalensi Infeksi Penyakit Cacing Yang Penularannya Melalui
Tanah, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya
Soedarto, 1992, Helmintologi
Kedokteran, EGC, Jakarta
Sutanto.,
1997. Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Perkembangan Mutakhir
Dan Terapannya, Makalah, Disampaikan Pada Seminar Nasional Penginderaan
Jauh Untuk Kesehatan Pemantauan Dan Pengendalian Penyakit Terkait Lingkungan,
FK. UGM, Yogyakarta
Udonsi J K G,. Atata
G., 1987. Necator
americanus: Temperature,
pH, light, and larval development, longevity, and desiccation tolerance, Experimental Parasitology,
Volume 63, Issue 2, Copyright © 1987
Published by Elsevier Inc, download 20/05/2010
USDA
(United States Departemen Of Agriculture), 1999. Soil Taxonomy A Basic System Of Soil Classification For
Making and Interpreting Soil Surveys, Natural Resources Conservation
Service, Second Edition
Wyatt
P and Ralphs M., 2003. Gis in Land and Property Management, Spon Press,
London
Ye
XP, Wu ZX, Sun FH., 1994. The Population Biology And Control Of Necator
Americanus In A Village Community In South-Eastern China, Ann Trop Med
Parasitol, PMID: 7893178 [PubMed – indexed for MEDLINE], download 15/11/ 2005